Kamis, 05 September 2013

Apakah Alkitab Sudah Tidak Asli Lagi?

APAKAH ALKITAB SUDAH DIUBAH-UBAH DAN TIDAK ASLI LAGI?

 

Oleh: Arkhimandrit Rm Daniel Byantoro

Permasalahan:

  Dalam interaksi ditengah masyarakat yang tidak percaya akan ajaran Injil,  sering orang Kristen diperhadapkan kepada pertanyaan orang-orang tertentu,  yang mempertanyakan tentang ketulen-aslian Kitab Suci, disamping pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kebenaran Iman Kristiani yang lain. Namun sering pertanyaan itu bukan bersifat sesuatu yang orang itu sebenarnya ingin tahu kebenarannya, namun lebih merupakan pertanyaan yang sudah bersifat tuduhan atau dakwaan Biasanya tuduhan yang kita dengar di tengah masyarakat kita adalah: Apakah Alkitab telah berubah dan diubah-ubah  sesuai dengan perjalanan  waktu? Apakah  orang-orang Yahudi dan Kristen  telah mengubah atau menyembunyikan bagian-bagian dari Taurat dan bagian-bagian dari Injil? Apakah Alkitab penuh dengan kontradiksi dan ketidakcocokan?

Tuduhan  bahwa Alkitab milik umat Kristiani (Protestan, Roma Katolik, dan Orthodox) penuh dengan kesalahan dan kontradiksi  itu sudah lama dilakukan, dan diulang-ulang terus meskipun sudah banyak kali pula diterangkan oleh tokoh-tokoh Kristen yang berkompeten.  Tuduhan itu mengatakan bahwa Alkitab itu  sudah tidak dapat diandalkan lagi. Memang bentuk serangan terhadap Alkitab itu  sangat banyak dan beragam. Namun di sini kita fokuskan pada  tiga tuduhan  yang umum saja, dengan penjelasan kita sebagai jawabannya.

Tuduhan # 1:
Alkitab telah berubah atau diubah-ubah sesuai dengan perjalanan  waktu.

   Jawabannya: Iman Kristen memiliki dasar yang kuat bagi kepercayaannya bahwa  teks Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru itu  tidak pernah berubah atau sengaja diubah-ubah.  Keyakinan ini bukan didasarkan pada keyakinan dogmatis semata, namun berdasarkan pada bukti adanya bukan saja berlimpah-limpahnya naskah-naskah kuno Alkitab yang berjumlah 5.664 dalam bahasa asli Yunani,  dari mana bunyi ucapan asli dari kitab Perjanjian Baru dapat ditentukan, tetapi juga ada 18.000 naskah lainnya dalam beberapa terjemahan bahasa purba lainnya, misalnya, Armenia, Latin Vulgata, Ethiopia, dan banyak lagi. Sehingga keaslian atau tidaknya suatu naskah dapat dibanding-bandingkan melalui ilmu yang disebut kritik teks bagi menemukan kebenarannya.

Sangat jaranglah buku-buku sekuler kuno, atau bahkan Kitab-Kitab Suci  Agama lain yang lebih tua atau yang lebih muda dari Alkitab, yang memiliki  sebanyak,  taruhlah,  hanya selusin saja naskah kuno seperti yang dimiliki Alkitab itu. Biasanya salinan terbaik mereka saat ini,  berumur sekitar 700-1000 tahunan setelah tanggal penulisan-penulisan naskah tadi, atau bahkan ada yang tak memiliki naskah kuno lagi. Sebaliknya bagi Alkitab, ada terdapat naskah papirus lengkap dari banyak buku dari seluruh Perjanjian Baru yang berasal dari  tahun 100 sejak naskah aslinya dituliskan.  Salah satu potongan papirus dari Yohanes 18 telah diketemukan yang tertanggal sedini tahun  115 Masehi, hanya 25 tahun setelah  Injil Yohanes itu ditulis! Dan isinya tidak beda dengan Injil Yohanes yang ada sekarang.


Tuduhan # 2:
Orang-Orang Yahudi dan Kristen  telah mengubah atau "menyembunyikan" bagian-bagian dari Taurat (Perjanjian Lama) dan “mengubah-ubah” Injil (Perjanjian Baru)

Jawabannya: Tuduhan "perubahan," kadang-kadang disebut "ta’rif," Ini sangat tidak bisa dipertahankan dengan adanya bukti-bukti yang bertentangan. Ini bertabrakan dengan fakta dan bukti, terutama  dalam menghadapi bukti yang jelas dari Gulungan Laut Mati, yang ditemukan pada tahun 1948.
Sebelum  tahun 1948, naskah  Perjanjian Lama dalam bahasa asli  Ibrani lengkap yang tertua tertanggal  pada tahun 900 Masehi.  Penemuan Gulungan Laut Mati itu memberikana berita yang amat mengejutkan, karena . Sebuah gulungan lengkap  dari Kitab Nabi Yesaya ditemukan, yang tertanggal sekitar tahun 100 Sebelum Masehi, sebelum Sang Kristus dilahirkan.  Dengan satu goresan saja, kita telah melompat 1000 tahun lebih ke dalam masa lalu, dalam hal yang berkaitan dengan salinan yang tertua dari Kitab Nabi Yesaya ini!

Hal ini menjadi sangat menarik, , karena para sarjana dapat melihat alangkah begitu baiknya dan telitinya para penyalin naskah  Masoret-Ibrani  itu telah memelihara  teks Perjanjian Lama. Sementara para sarjana membandingkan dua teks (Laut Mati dari tahun 100 Sebelum Masehi  dan Masoret dari 900 Masehi) dari Kitab  Yesaya ini  , mereka dikejutkan oleh ketepatan penyalinannya.

Sebagai contoh,  Kitab Nabi Yesaya pasal 53, misalnya, memiliki 166 kata, dan hanya ada 17 HURUF saja yang berbeda. Sepuluh huruf  hanya  perbedaan ejaan. Empat huruf adalah "perubahan-perubahan  gaya penulisan yang  amat kecil, misalnya konjungsi/kata sambung." Tiga huruf yang tersisa  hanya berbeda dengan adanya  kata "cahaya,"  yang ditambah dalam ayat 11, yang sama sekali tak mempengaruhi makna. Jadi dalam satu pasal dari 166 kata, hanya ada satu kata “cahaya” (tiga huruf = alef, wawu, dan resh yang dibaca sebagai “owr”)  saja yang ditemukan, setelah selama seribu tahun penyampaiannya, dan satu kata ini sama sekali tak memberikan perubahan makna yang amat berarti dari pasal Kitab Yesaya 53 ini.

    Dan sebelum Kitab Suci Perjanjian Baru dituliskan, sudah beberapa tokoh suci,  yaitu Zakaria (Nabi Zakaria , ayah Nabi Yahya) Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya, anak Zakaria), Maria (Siti Maryam), dan Yesus Kristus (Isa Al-Masih) dan murid-muridNya,  yang juga diakui para penuduh itu  sebagai orang-orang benar,  yang sempat muncul dalam panggung sejarah sebelum datangnya Agama Islam.  Namun tak satupun dari mereka ini yang pernah mengkritik TEKS Kitab Suci Yahudi Perjanjian Lama, atau menuduh Kitab Suci Perjanjian Lama itu sebagai telah dipalsukan. Padahal terbukti berdasarkan penemuan Qumran yang berasal dari tahun 100 sebelum masehi itu, bahwa Kitab Yahudi di jaman tokoh-tokoh suci ini, adalah sama dengan Kitab Suci Perjanjian Lama yang ada di tangan orang-orang Yahudi  dan orang Kristen sekarang.

Ini terlihat pada fakta bahwa ketika Nabi Zakaria itu  menjalankan tugas ke-Agama-an sebagai Imam yang membakar dupa di Bait Allah (Lukas 1:9-10), dia lakukan ini sebagaimana yang diperintahkan dalam Perjanjian Lama bagian Taurat, Keluaran 30:1-8. Berarti Zakariapun memiliki Kitab Perjanjian Lama yang sama itu sebagai acuannya. Demikian pula Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya), ia juga melakukan upacara Pembaptisan yang adalah upacara pembasuhan Yahudi yang disebut Mikweh (Matius 3: 1-11), yang merupakan praktek upacara yang didasarkan pada perintah dalam Taurat, bagian Imamat 15 yang sudah diperkembangkan para Rabbi Yahudi. Dengan demikian Nabi Yahya atau Yohanes Pembaptis mentaati aturan Kitab Perjanjian Lama, dan tak penah menyatakan Kitab itu telah diubah atau tidak asli lagi.  Juga mengenai Maria atau Maryam, kita melihat bahwa pada saat Anak laki-lakinya masih bayi berumur 8 hari Dia disunat (Lukas 2:21) sesuai dengan perintah Kitab Taurat, Kejadian 17: 10. Juga sesuai dengan Imamat 12  sesudah sampai waktunya Mariapun mengadakan upacara pentahiran dengan menyerahkan bayi Yesus ke Bait Allah di Yerusalem (Lukas 2: 22). Dan akhirnya ketika bayi Yesus telah bertumbuh menjadi bocah laki-laki yang berumur 12 tahun, Ia diajak ke Bait Allah oleh ibuNya ke Yerusalem untuk untuk merayakan Paskah (Lukas 2:41-42), sesuai yang diperintahkan dalam Kitab Taurat, bagin Kitab Keluaran 23:14-17.     Karena mereka semuanya hidup pada abad 1 Masehi, seratus tahun lebih muda dari gulungan Laut Mati, yang berarti Kitab Suci Yahudi pada zaman mereka  adalah Kitab Suci Perjanjian Lama yang sama, seperti yang ditemukan dalam gulungan tersebut dan yang persis sama dengan Kitab Suci Yahudi atau Perjanjian Lama Kristiani pada masa kini.

  Hal yang kita bicarakan diatas itu diteguhkan lagi  oleh Yesus Kristus sendiri. Dimana waktu Ibadah di Rumah-Ibadah  Yahudi (Synagoga),  Kitab Yesaya itulah yang dibaca oleh Yesus: “Ia (Yesus) datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:….” (Lukas 4:16-17). Dan juga diteguhkan lagi oleh bukti  bahwa Yesus Kristus merujuk pengelompokan Kitab Suci Yahudi Perjanjian Lama itu, sama persis dengan pengelompokan yang sekarang masih tetap dipegang oleh umat Yahudi, yaitu “Torah” ( Taurat: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan), “Nebiim” ( Para Nabi), dan “Ketubim/ Tulisan-Tulisan” yang dimulai dengan Kitab Mazmur. Karena itu Kitab Suci yang sama yang disebut Perjanjian Lama oleh umat Kristiani itu, oleh orang Yahudi disebut sebagai “TANAKH” (T..N...KH..) yang merupakan ringkasan dari ketiga huruf awal dari masing-masing kelompok pengelompokan itu. Sebagaimana yang dapat kita baca:”Ia (Yesus) menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.” (Lukas 24:27). Disini dua bagian dari tiga kelompok, yaitu seluruh, Kitab umat Yahudi, yang disebutkan : Taurat dan Para Nabi.  Juga kita baca lagi :”… ada tertulis tentang Aku (Yesus) dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.". (Lukas 24:44). Disini disebutkan seluruhnya tiga kelompok Kitab Suci Perjanjian Lama yang ada di tangan umat Yahudi di zaman itu, “Taurat Musa”, “Kitab Nabi-Nabi”, dan “Kitab Mazmur” sebagai Kitab pertama dalam kelompok ketiga “Ketubim”. Dan sampai sekarang Kitab Suci orang Yahudi itu masih demikian itu bentuknya. Demikian juga Perjanjian Lama umat Kristiani,meskipun pengaturan pengelompokannya berbeda, pada dasarnya kitab-kitab yang sama itu yang dimiliki, meskipun ada tambahan kitab-kitab Yahudi yang ikut diterjemahkan oleh para ulama (Rabbi) Yahudi di Aleksandria Mesir, pada tahun 300-an sebelum Masehi, ke dalam bahasa Yunani yag disebut Septuaginta, yang menjadi Kitab Sucinya Gereja Mula-Mula dan Gereja Orthodox sampai kini. Dan terjemahan tambahan itu disebut sebagai “Anaginoskomena” (Kitab-Kitab yang Layak Dibaca) dalam Gereja Orthodox, dan sebagai “Deuterokanonika” (Kanon Kedua) dalam Gereja Roma Katolik, meskipun jumlah Anasgikomena Orthodox lebih banyak daripada Deuterokanonika Katolik.  Namun karena kitab-kitab itu isinya hanya sejarah dan sastra hikmat saja, maka sama sekali tidak mempengaruhi akidah pengajaran ataupun doktrin yang ada dalam Perjanjian Lama.

     Disamping peneguhan oleh Yesus Kristus akan keaslian TANAKH atau Perjanjian Lama yang tidak pernah berubah itu, juga keaslian Alkitab ini dibuktikan dengan adanya kodeks-kodeks (tulisan Kitab Suci bukan dalam bentuk gulungan namun dalam bentuk buku seperti yang kita kenal sekarang), misalnya: Kodeks Alexandrinus yang berasal dari Aleksandria-Mesir, Kodeks Sinaitikus yang berasal dari Biara Orthodox St Katherine di Gunung Siani, Kodeks Vatikanus yang berada di Vatikan di perpustakaan Vatikan, dll.

Kodex Alexandrinus, yang sekarang disimpan di British Library (Perpustakaan Inggris) adalah salah satu dari tiga naskah paling awal dan paling penting dari seluruh Alkitab dalam bahasa Yunani, yang lainnya adalah Kodex Sinaiticus, juga di British Library, dan Kodex Vatikanus di Roma. Oleh karena itu, kodeks ini sangat  penting bagi memastikan keaslian teks-teks Alkitab. Kodex ini  ini juga salah satu buku yang paling awal yang menggunakan dekorasi yang sangat penting bagi menandai pembagian-pembagian utama dalam teks Kitab Suci.

Kodex Alexandrinus ini berisi Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani Koine ) dan Perjanjian Baru, di samping ada tambahan beberapa teks dari para Bapa Gereja Rasuliah yang tidak termasuk dalam Kanon Perjanjian Baru, tetapi yang di zaman purba diakui sebagai bagian dari Kitab Suci, tetapi yang sekarang dalam Gereja Orthodox tetap dihormati sebagai tulisan dari para Bapa rasuliah, misalnya  bagian dari surat-surat Klemens.  Naskah ini dinamakan atas nama dari  ibukota Yunani Mesir, Alexandria. Kota ini adalah salah satu pusat besar dari pembelajaran di dunia kuno, dan perpustakaannya memiliki  koleksi dari naskah-naskah kuno  terbesar di dunia. Namun, perpustakaan dan semua isinya hancur dalam kebakaran perang penyerbuan tentara Islam ke Mesir pada  642 Masehi..

   Kita mengetahui Kodex Alexandrinus imni pertama kalinya ketika itu merupakan bagian dari perpustakaan Ke-Patriarkh-an pada awal abad ke-14, meskipun keberadaannya sebelum itu tidak diketahui. Pada tahun 1627 Patriarkh Kyrillos Lukaris, dari Konstantinopel dan mantan Patriarkh Alexandria, mempersembahkan Kodek Aleksandrinus ini kepada Raja Charles I dari Inggris. Sebagai bagian dari Royal Library (Perpustaan Kerajaan)  akhirnya Kodeks ini disimpan di Museum Inggris, dan dari sana  kemudian ke British Library (Perpustakaan Inggris). Kodex ini hapir saja musnah,  ketika pada  1731 Rumah Ashburnam terbakar: namun  itu terselamatkan, berkat pemikiran cepat Dr Bentley dari Perpustakaan Cotton, yang membawanya ke tempat yang aman.
Kodex Sinaiticus, sebuah naskah dari Alkitab Kristen yang ditulis pada pertengahan abad keempat, berisi salinan lengkap paling awal dari Kitab Suci Perjanjian Baru Kristen. Teks dengan tulisan tangan ini ditulis dalam bahasa Yunani. Kitab Suci Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa asli vernakular (koine) dan Perjanjian Lama dalam versi, yang dikenal sebagai Septuaginta, yang telah diadopsi pada zaman awal oleh orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani. Dalam kodex ini,  baik teks Septuaginta maupun Perjanjian Baru banyak coretan-coretan penjelasan  yanhg dilakukan serangkaian korektor di jaman awal itu.Pentingnya Kodex Sinaiticus untuk rekonstruksi teks asli Alkitab Kristen, sejarah Alkitab dan sejarah dari pembuatan-buku di dunia  Barat adalah sangat besar.
Kodex Vatikanus B (Vat. Gr 1209,. Ditulis pada abad keempat = 350 Masehi) dianggap sebagai salinan tertua dari Alkitab, dan, bersama dengan Kodex Sinaitikus diatas, merupakan salah satu dari dua saksi utama yang mendukung teks Yunani modern dan terjemahan Bahasa Inggris. Kodek ini berisi Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani disertai dengan kitab-kitab Anaginoskomena (termasuk 1 dan 2 Makabe dan Doa Manasye) dan sebagian besar Perjanjian Baru. Codex B diyakini telah mencapai dunia Barat pada 1483, selama Konsili Florence, sebagai hadiah dari Giovanni Kaisar Bizantium VIII kepada Paus Eugenio IV.
   Yang tidak kalah pentingnya bagi umat Kristen Orthodox adalah tulisan-tulisan para Bapa Gereja.    Ajaran Gereja Orthodox adalah ajaran Rasuliah yang dijelaskan dan diberitakan para Bapa Gereja. Para Bapa Gereja adalah para pemimpin Kristen yang melanjutkan pelayanan para Rasul Kristus dan yang menulis serta mengajarkan Iman Rasuliah yang Orthodox ini dari jaman ke jaman sejak zaman para Rasul sampai kini. Tulisan-tulisan mereka yang berjumlah ribuan itu menjabarkan ajaran Alkitab secara rinci,  luas dan dalam, sehingga dari tulisan-tulisan mereka itu kita ketemukan, kalau bukan kutipan-kutipan ayat-ayat, atau bagian-bagian dari ayat-ayat tertentu, juga tafsiran penuh dari kitab-kitab yang ada dalam Alkitab. Dengan demikian para sarjana Kitab Suci sering mengatakan bahwa jikalau seandainya Alkitab yang kita miliki sekarang ini hilang itu dapat dipulihkan utuh kembali sebagaimana adanya, dengan melakukan ilmu kritik teks atas tulisan-tulisan para Bapa Gereja itu tanpa ada kesulitan. Karena di dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja itu isi Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, selama lebih dari dua ribu tahun itu terpelihara utuh, dan dengan demikian menunjukkan pula bahwa Alkitab, Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, itu tak pernah diubah-ubah, sebab ayat-ayat dan pasal-pasal yang dikutip oleh para beliau ini bukanlah berasal dari buku yang lain, namun berasal dari Alkitab sebagaimana yang kita miliki sekarang. Jadi sepanjang abad sejak dari mulanya ada Gereja, tak ada Kitab lain yang dimiliki oleh umat Kristen dan Yahudi selain daripada Alkitab yang sama seperti yang kita miliki sekarang, baik Perjanjian Lama (Yahudi + Kristen) maupun Perjanjian Baru (Kristen). Jadi jelas Alkitab tak pernah dipalsukan ataupun diubah-ubah,


   Yang terakhir adalah Daftar Bacaan Kitab Suci atau Leksionaris (Latin), Anagnosti ( Yunani), atau “Qeryana” (Syria), sepadan dengan kata “Qur’an” dalam bahasa Arab yang artinya juga “bacaan”.
 Di dalam Gereja Purba sampai dengan masa kini di dalam Gereja Orthodox, mengikuti tata-cara ibadah Synagoga Yahudi, dimana setiap Hari Sabbat ada bacaan-bacaan dari  “Torah” , yaitu bacaan yang sudah ditentukan yang diambil kelima Kitab Musa, dan “Haftarah” yaitu bacaan yang diambil dari kitab-kitab lain dalam TANAKH di luar Torah. Demikianlah dalam Gereja Orthodox sejak zaman purba sampai kini di dalam ibadah-ibadahnya setiap minggu ada juga bacaan yang sudah ditentukan yang diambil dari Perjanjian Lama yang disebut “Kellia” ( yang sekarang, pada Liturgi Minggu tidak dibaca di jemaat biasa, hanya pada perayaan besar tertentu saja,  tetapi masih dilakukan di biara-biara tertentu), bacaan yang diambil dari keempat Kitab Injil yang disebut “Evanggelion”, dan dari tulisan-tulisan lain dalam Perjanjian Baru yang disebut “Apostolos”. Kitab-kitab ini dibuat terpisah dari Kitab Suci biasa, dan diletakkan diantara buku-buku Liturgis yang lain, karena memang gunanya untuk bacaan dalam ibadah Liturgis. Karena Daftar Bacaan Kitab Suci ini, isinya memang pasal-pasal pilihan tertentu yang digunakan untuk dibaca sesuai dengan tema Liturgi harian, mingguan, perayaan bulanan, maupun tahunan, dari Kitab Suci itu sendiri, maka seandainya Kitab Suci itu tidak ada akan kita temukan isinya ada terdapat dalam Kitab Daftar Bacaan Alkitab  tersebut.   Dengan begitu tersebarnya bagian-bagin dan pasal-pasal Alkitab di dalam banyak buku-buku Liturgis dalam kehidupan Gereja, sama seperti halnya dengan tulisan-tulisan para bapa Gereja tadi, seandainyapun Al-Kitab yang kita miliki ini hilang itu masih dapat dipulihkan dan dikonstruksi utuh kembali melalui Daftar Bacaan Alkitab yang digunakan dalam ibadah Liturgis itu, karena “Kelia”, “Evanggelion” maupun “Apostolos” itu isinya memuat seluruh bagian dari Kitab Suci sama seperti yang kita miliki sekarang. Dengan demikian membuktikan Kitab Suci tak pernah diubah-ubah, jumlah buku dan isinya adalah sama seperti yang kigta miliki sekarang. Demikian pembagiannya sebagai Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah sama seperti yang kita miliki sekarang, sebab Gereja Orthodox tak pernah berubah dalam ajaran maupun praktek-prakteknya dari  zaman purba sampai kini.


 Tuduhan # 3:
Kontradiksi dan ketidakcocokan ayat-ayat  dalam Alkitab melemahkan keyakinan akan ketulen-aslian  Alkitab.

  Jawabannya: Inilah merupakan tuduhan akhir dari pengkajian kita kali ini, yaitu tuduhan terhadap Alkitab yang ditujukan pada apa yang dianggap sebagai kontradiksi antara ayat-ayat parallel yang ada dalam Alkitab, seperti ketika silsilah dari garis keturunan yang sama memiliki perbedaan dalam penyajiannya, atau ketika jumlah orang dalam daftar sensus tidak sesuai jumlah angkanya, atau ketika kisah  paralel dalam Injil sinoptik sedikit berbeda jalan ceritanya.
Beberapa ketidak-cocokan penyebutan angka-angka dalam Perjanjian Lama kemungkinan besarnya adalah  akibat dari kesalahan penyalin yang tidak disengaja. Di sisi lain, sebagian besar dari "ketidak-cocokan" itu secara substansi dapat dengan mudah ditangani dengan menggunakan eksegesis (penafsiran) dengan menggunakan akal sehat.

Sebagai contoh, “ketidak-cocokan” pemberitaan dalam ayat-ayat Alkitab itu sebenarnya meningkatkan derajat kredibilitas kisah Alkitab (seperti parallel dalam Injil sinoptik – Matius, Markus, Lukas--) ketika pola-pola dari fakta-fakta dijelaskan secara agak sedikit berbeda. Jika mereka itu hanya "dikarang-karang" (mungkin melalui kolusi) atau "dijiplak" saja, pastilah  tidak akan ada perbedaan sama sekali dalam penyajian ceritanya!

 Untuk membuktikan bahwa apa yang dianggap ketidak-cocokan dan kontradiksi ayat-ayat Alkitab itu pada kenyataannya adalah bukan kontradiksi,  itu sebenarnya dapat kita bahas disini, namun pembahasan itu akan memakan tempat yang sangat luas. Tetapi daripada kita bersusah-payah membahas  apa-apa yang juga sudah banyak dibahas oleh para pengkaji Alkitab yang lain dan yang tersedia secara online, sebaiknya kita manfaatkan saja pengkajian yang tersedia secara online seperti itu. Untuk itu kita bisa membuka link berikut ini: http://www.sarapanpagi.org/101-penjelasan-mengenai-tuduhan-kontradiksi-dalam-alkitab-vt722.html. Selamat membuka link itu, dan selamat mempelajari 101 ayat yang dianggap sebagai kontradiksi tersebut.

     Sebenarnya fenomena yang dianggap sebagai kontradiksi ayat-ayat seperti ini bukan hanya terdapat dalam Alkitab saja, namun pihak diluar agama Islam (tidak harus Kristen)  juga melihat fenomena yang dimengertinya sebagai hal yang sama yang dituduhkan terhadap Alkitab itu  juga terdapat dalam Al-Qur’an. Hal ini dapat kita lihat dari apa yang dituliskan oleh suatu situs lain, yang linknya dapat kita temukan disini: http://trulyislam.blogspot.com/2009/01/kontradiksi-dan-kesalahan-dalam-quran.html. Tentulah para pemikir Muslim akan punya alasan dan  jawabannya sendiri atas apa yang dikatakan dalam situs tersebut, namun umat Kristenpun punya jawabannya atas tuduhan yang sama yang diarahkan kepada Alkitab, sebagaimana yang telah kita lihat dalam link yang telah kita  copy diatas.


Mempertanyakan pada si penuduh

     Dari pembahasan kita diatas terbukti bahwa tak pernah ada waktunya dimana Alkitab itu tidak selalu hadir sepanjang perjalanan Sejarah Gereja, terutama Gereja Orthodox, yang telah berumur lebih dari dua ribu tahun ini. Penemuan Gulungan Laut Mati di gua Qumran yang merupakan dokumen Kitab Suci Ibrani yang tertua yanhg seratus tahun lebih tua dari jaman Al-Masih, penterjemahan Kitab Suci Ibrani kedalam bahasa Yunani: Septuaginta pada tahun 300-1m sebelum Masehi,  yang menjadi Kitab Suci resmi Gereja Orthodox dari jaman purba sampai sekarang,  perintah-perintah yang terdapat di dalam Perjanjian Lama yang dijalankan oleh Zakaria, Yohanes (Yahya), dan Maria (Maryam), peneguhan penegelompokan Kitab Suci Ibrani dalam tiga bagian yang dilakukan oleh Yesus, dimana sampai sekarang pengelompokan Kitab Suci Yahudi yang disebut “TANAKH” itu masih tetap sama seperti itu, tuliusan para Bapa Gereja yang banyak diketemukan kutipan-kutipan bahkan tafsir-tafsir  utuh buku-buku  dari Kitab Suci yang isi dan jumlahnya saat itu sampai sekarang masih tetap sama dan tetap dipegang teguh oleh Umat Kristiani. Demikian juga teks-teks Kitab Suci dalam lexionaris, semuanya ini membuktikan bahwa tidak ada Kitab Suci lain yang dimiliki baik oleh umat Yahudi maupun umat Kristen, terutama Kristen Orthodox, selain dari Kitab Suci yang selama ini dipelihara dan dipegang oleh Gereja Orthodox. Dengan demikian ini membuktikan bahwa Kitab Suci itu masih asli dan tak pernah berubah-ubah ataupun diubah-ubah. 

    Jadi Iman Kristen Orthodox dapat membuktikan keyakinannya akan keaslian dan ketulenan Kitab Suci yang tak pernah diubah-ubah itu, melalui bukti-bukti dan data-data kongkrit dokumen-dokumen yang dapat dipegang tangan dan dilihat mata ditempat-tempat dimana dokumen-dokumen itu disimpan, bukan hanya  berdasarkan praduga dogmatis yang tanpa dasar dalam kenyataan.

   Sekarang jika umat Kristen Orthodox, atau umat Kristiani pada umumnya, mendapatkan tuduhan bahwa Kitab Sucinya telah diubah-ubah dan penuh kontradiksi, maka fakta-fakta diatas telah menjelaskan bahwa tuduhan tadi ternyata tidak punya dasar ilmiah maupun secara fakta. Umat Kristen perlu ganti bertanya kepada si penuduh beberapa hal yang demikian ini:

1)      Jika benar Alkitab yang ada ditangan umat Kristiani ini sudah tidak asli, maka si penuduh harus dapat membuktikan Alkitab yang asli itu yang bagaimana, dia harus bisa bawa Kitab yang asli itu dengan kongkrit ada bentuk bukunya, seperti halnya Gulungan Laut Mati, Kodeks-Kodeks Sinaitikus, Aleksandrinus,Vatikanus, dan lain-lain tadi, untuk dapat dibandingkan dengan Kitab Suci yang dimiliki oleh umat Kristiani sekarang, supaya tahu mana yang asli dan mana yang tidak. Kalau tidak dapat membaswa bukti kongkrit berarti itu hanya tuduhan tanpa dasar kenyataan ataupun landasan kebenaran.

2)       Juga si penuduh harus dapat menyebut kapan waktu pengubahan itu terjadi?  Dia harus dapat menyebutkan tahun dan abadnya? Sebab kalau tidak bisa menyebutkan tahun dan abadnya itu juga hanya sebuah tuduhan, bukan kebenaran. Pengubahan itu terjadi sebelum kedatangan Nabi Muhammad atau sesudah kedatangan Nabi Muhammad? Kalau sebelum kedatangan Nabi Muhammad, kita punya naskah-naskah Alkitab yang umurnya lebih tua dari zaman Nabi Muhammad (570-532 Masehi) misalnya: Kodeks Vatikanus, Kodeks Alesandrinus dan Kodeks Sinaitikus  berasal dari tahun 300-an Masehi,yang isinya tidak berbeda dengan Kitab Suci yang dimiliki umat Kristen sekarang;   bahkan ada juga lebih tua dari jamannya Yesus Kristus (Nabi Isa –abad 1), yaitu  Septuaginta (300 tahun sebelum Isa lahir) yang justru menjadi Kitab Suci resminya Gereja Orthodox sampai sekarang dan Gulungan Laut Mati ( 100 tahun Sebelum Masehi). Apakah perubahan itu terjadi pada zaman aktivitas nabi Muhammad (410-632 Masehi)? Kalau pada kurun waktu aktivitas Nabi Muhammad perubahan itu terjadi, saat itu sudah ada terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Syria yang disebut “Peshitta” dimana bagian Perjanjian Lama diterjemahkan pada abad ke 2 Masehi, dan Perjanjian Baru diterjemahkan pada abad ke 5 Masehi, dan terjemahan ini tetap menjadi Kitab Suci resmi Gereja Syriak Orthodox maupun Nestorian/Assyria Timur sampai sekarang. Dan kandungan buku-bukunya tidak beda dengan Alkitab yang lain. Juga ada terjemahan Alkitab dalam bahasa Koptik yang bagian Perjanjian Lamanya diterjemahkan dari Septuginta sedang Perjanjian Barunya dari bahasa asli Yunani, dan diterjemahkaqn ke dalam bahasa Koptik dialek Bohairik pada awal abad ketiga , dan sampai sekarang menjadi Kitab Suci bagi Gereja Koptik di Mesir,  disamping ada juga Kitab Suci terjemahan bahasa Arab. Disamping itu juga ada terjemahan Alkitab dalam b ahasa Ethiopia (Abbessynia) yang diterjemhkan pada abad keempat. Belum lagi Alkitab Septuaginta dan Perjanjian Baru dalam bahasa asli Yunani, serta terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin, yang semua terjemahan tadi kandungan isinya tidak beda dari Alkitab yang ada pada orang Kristen pada jaman ini. Apalagi orang-orang Yahudi yang mempertahnakan Kitab TANAKH dalam bahasa Ibrani itu sebegitu njlimetnya, tak pernah ada bukti sejarah yang menunjukkan mereka pernah mengubah-ubah Kitab Sucinya, Buktinya Gulkunganb Laut Mati itu kandungan isinya sama persis dengan Kitab TANAKH Yahudi atau Perjanjian Lama Kristiani itu.  Jika perubahan itu terjadi sesudah meninggalnya Nabi Muhammad, jelaslah Kitab Suci yang sama yang telah diterjemahkan dalam macam-macam bahasa yang sudah tersebar kemana-mana dan ada  sampai sekarang itu yang menjadi Kitab Suci umat Kristiani. Jadi jelas tidak ada abad tahun manapun yang dapat ditunjuk sebagai msaat perubahan Kitab Suci umjat Kristiani itu. Dengan kata lain si penuduh memang tak dapat memberikan bukti dan data tahun terjadinya perubahan itu. Berarti apa yang dilakukan itu hanya sekedar tuduhan tanoa fakta sejarah kejadian yang benar.

3)      Selanjutnya si penuduh harus dapat menunjukkan perubahan itu dilakukan oleh siapa? Perorangan atau lembaga? Kalau perorangan, sebutkan nama orangnya. Kalau lembaga sebutkan nama lembaganya, lengkap dengan data-data sejarah dan sumber-sumber sejarah itu.

4)      Si penuduh juga harus dapat menunjukkan bagian mana dari Alkitab itu yang diubah-ubah, seluruh Alkitab-kah atau bagian-bagian tertentu. Jikalau seluruh Alkitab, bukti-bukti naskah kuno: Septuaginta, Gulungan Laut Mati, Kodeks Aleksandrinus, Kodeks Sianitikus, Kodeks Vatikanus, naskah-naskah kuno Alkitab yang berjumlah 5.664 dalam bahasa asli Yunani,  18.000 naskah lainnya dalam beberapa terjemahan bahasa purba lainnya, misalnya, Armenia, Latin Vulgata, Ethiopia, dan banyak lagi itu semuanya menunjukkan bahwa jumlah isi kandungan buku-buku Kitab Suci itu pada hakekatnya tak berbeda jauh satu sama lain., dan jumlah kandungan buku Kitab Suci purba itu sama dengan Alkitab yang dimiliki oleh umat Kristiani sekarang. Berarti secara keselurhan Alkiutab terbukyti tak ada perubahan.     Jikalau yang diubah-ubah itu bagian tertentu saja, apakah mungkin semua Kitab Suci yang sudah tersebar ke seluruh dunia dengan berbagai macam terjemahan, serta dengan kutipan-kutipan dan tafsiran-tafsirannya dalam tulisan-tulisan para Bapa Gereja, serta kutipan-kutipan dalam buku-buku Liturgis atau dalam Leksionaris  itu dihapus semua bagian-bagian tertentu tadi lalu diubah. Inio sungguh pekerjaan yang musykil, tak mungkin dan tak masuk akal. Belum lagi ada ketak-harmonisan hubungan anatar kelompok-kelompok Kristiani yang ada pada waktu itu : Orthodox (Patriakh-Patriakh Purba), non-Khalsedonian (Koptik, Syriak,Ethiopia dan Armenia) dan Nestorian (Assyria Timur). Apa mungkin mereka diajak bersatu bersama-sama untuk setuju mengubah bagian-bagian tertentu Kitab Suci yang harus diubah? Sungguh suatu hal sulit untuk dipikirkan. Belum lagi ketegangan yang ada antara umat Kristiani dengan umat Yahudi. Apa mungkin umat Kristiani yang tidak saling harmonis hubungannya itu untuk bersatu dengan umat Yahudi lalu bersama-sama mengubah TANAKH Yahudi atau Perjanjian Lama Kristiani  dibagian-bagian tertentu yang disetujui untuk diubah? Sungguh amat tak bisa masuk di akal.

5)      Bagaimana mekanisme pengangkutan Kitab-Kitab yang mau diubah itu?  Karena Alkitab sudah tersebar kemana-mana dalam terjemahan bahasa yang berbeda-beda dimana masing-masing kelompok bangsa yang bersangkutan pastilah tidak saling mengenal bahasa bangsa lainnya, lalu bagaimana mengumpulkan seluruh Alkitab itu bagi tujuan pengubahan tersebut? Mungkinkah mengumpulkan semua Alkitab di seluruh dunia saat itu untuk dikumpulkan disuatu tempat dengan tujuan untuk pengubahannya? Jangankan Alkitab di seluruh dunia, taruhlah Alkitab terjemahan Syriak saja umpamanya, mungkinkah semua wilayah yang menggunakan bahasa Syria dapat mengumpulkan semua kitab untuk dibawa kesuatu tempat bagi diubah bagian tertentu yang sama? Dibawa menggunakan kendaraan apa kitab-kitab itu ke tempat pengumpulannya bagi diubah-diubah secara seragam? Begitu banyakkah ahli bahasa yang dapat berkumpul untuk mengubah satu persatu dari Alkitab-Alkitab yang entah berapa jumlahnya dan dalam terjemahan yang berbeda-beda itu? Mungkinkah orang menyediakan biaya yang tidak murah itu bagi suatu proyek pengumpulan Alkitab dan pengangkutannya ke tempat untuk mengubah, kemudian mengubahnya satu per satu ayat-ayat yang perlu diubah dengan tangan, karena saat itu belum ada komputer atau mesin cetak? Siapakah yang mau mengumpulkan waktu, tenaga, uang dan ahli bagi melakukan pekerjaan yang sia-sia dan tak ada manfaatnya ini? Sepertinya umat Kristen nggak punya tugas dan pekerjaan lainnya saja, sampai melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan ini. Lalu bagaimana kutipan-kutipan dari Alkitab yang ada dalam tulisan para bapa Gereja, apakah itu juga diubah supaya seragam dengan apa yang ada dalam Alkitabnya itu sendiri yang diubah-ubah itu? Bagaimana dengan Leksionaris dimana kandunganm isinya adalah jelas bacaan-bacaan dari Alkitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, apakah itu ikut diubah? Bagaimana rujukan-rujukan ayat-ayat Alkitab yang ada pada buku-buku Liturgis dan ibadah Gereja? Berapa lama proyek pengubahan itu selesai, lalu apakah umat tidak beribadah saat itu selama menunggu sampai saat Lexionarisnya dan buku-buku Liturgisnya yang penting bagi ibadahnya itu selesai diubah dulu? Ini semua harus dapat dijawab dan dibuktikan dengan data-data yang kongkrit beserta sumber-sumber data itu sebelum orang melakujkan tuduhan yang sulit diterima akal akan perubahan Alkitab itu.


Dari semua data dan penalaran ini hanya satu saja yang dapat kita simpulkan bahwa Alkitab tidak pernah diubah-ubah ataupun dipalsukan. Bahwa Alkitab yang kita miliki ini adalah Alkitab yang sama yang dimiliki umat Kristen sejak awal dinyatakan Injil di dunia ini serta sejak awal didirikannya Gereja Kristus, terutama Gereja Orthodox, di alam semesta ini.
 Kiranya saudara mau membaca Alkitab itu sendiri dengan keterbukaan hati agar menemukan kebenaran yang menyelamatkan yang terkandung dalam ajaran-ajarannya.

9 komentar:

  1. BERMACAM MACAM VERSI BIBLE yang mana kamu PERCAYA dan anda berasal dari ALIRAN atau SEKTE yang MANA! (ISI BUKU2 DIDALAMNYA BEDA BEDA)
    .
    BIBLE YAHUDI : Tradisional 24 buku, dibagi menjadi Taurat (lima buku), Nabi (delapan buku), dan Tulisan-tulisan (sebelas buku). (Total 24 buku)
    .
    Alkitab Kristen dibagi menjadi dua bagian, Perjanjian LAMA dan Perjanjian BARU
    .
    BIBLE KATOLIK Roma: 73 buku. Katolik Roma Perjanjian Lama mengikuti Perjanjian Lama kuno Kristen yang disebut Septuaginta, yang mencakup semua buku sama dengan Alkitab Yahudi, ditambah tujuh lebih. Dengan demikian, Katolik Roma Perjanjian Lama memiliki 46 buku. Katolik Roma Baru Perjanjian berisi 27 kitab Perjanjian Baru sama seperti Protestan. (Total 73 buku)
    .
    BIBLE PROTESTAN Perjanjian Lama memiliki buku yang sama dengan Alkitab Yahudi, tetapi nomor dan disusun berbeda, untuk menghasilkan 39 kitab Perjanjian Lama. Perjanjian Baru mengandung 27 kitab. (Total 66 buku)
    .
    BIBLE YUNANI / Ortodoks Timur Perjanjian Lama adalah sedikit lebih panjang dari Perjanjian Lama Katolik Roma. Perjanjian Lama Suryani sering memiliki tambahan materi dalam lampiran. Ortodoks Yunani dan Perjanjian Baru Syria memiliki 27 kitab yang sama seperti Katolik Roma dan Perjanjian Baru Protestan. (Total 78 buku)
    .
    BIBLE ETHIOPIA Ortodoks Perjanjian Lama adalah yang terpanjang di setiap cabang agama Kristen. Ortodoks Ethiopia "Canon Sempit" memiliki 27 kitab Perjanjian Baru yang sama sebagai cabang lain dari agama Kristen, tetapi Ortodoks Ethiopia "Canon luas" termasuk buku beberapa tambahan. (Total 81 buku)
    .
    BIBLE MORMON / Gereja OSZA Meski telah dikanonisasi edisi 1769 dari Alkitab BIBLE King James, Joseph Smith Jr mengatakan bahwa Kidung Agung tidak terinspirasi, dan dianggap Apokrif. Komunitas Kristus sebuah cabang dari Hari Suci Zaman gereja, telah dikanonisasi Terjemahan Joseph Smith (JST) dan telah dikeluarkan Kidung Agung / Songs. (Total 65 buku)
    .
    MORE than 50 Versions ( VERSION means : is defferent number of books inside ) of the BIBLE in English alone (http://www.bible.ca/b-many-versions.htm ) and more than 1000 languages and dialect ( translations is transfering in other language and the translator has own choice of words to use ) of the Bible world wide, Ada LEBIH dari 50 VERSI bible dalam bahasa Inggris saja ( VERSI artinya adalah ber BEDA ISI dan JUMLAH BUKU BUKU didalam Bible nya ) dan di TERJEMAH kan lebih dari 1000 macam BAHASA serta DIALEK dalam dunia internasional ( TERJEMAH adalah alih ke bahasa lain dengan memakai PILIHAN KATA KATA dari si penterjemah sendiri )
    Di INDONESIA saja terdaftar sekitar 300 denominasi aliran KRISTEN !!
    https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_denominasi_Kristen

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. APAKAH ALKITAB SUDAH DIUBAH-UBAH DAN TIDAK ASLI LAGI?
    YA BETUL SUDAH BERUBAH, SUDAH DI UTAK ATIK OLEH TANGAN MANUSIA !
    LHO KOK BEGITU ? LIHAT AJAH KANDUNGAN BUNDELAN BUKU DIDALAM BIBLE, TERNYATA SERUPA TAPI TIDAK SAMA, ADA LEBIH DARI 50 MACAM TRUS YANG ASLI YANG MANA ? HMMMM ......... APA BARU TAU YA ????????

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Sudah diberi penjelasan demikian rinci kok yo msh gak dong,dasar....

    BalasHapus
  6. Sudah diberi penjelasan demikian rinci kok yo msh gak dong,dasar....

    BalasHapus
  7. LHO SUDAH DIBANTAH KOK MASIH NGEYEL TOKH MAS ANAKNYA TUHAN DI YOGYA !

    BalasHapus
  8. Kenapa tidak ada yang membahas pertama kali Alkitab di tulis....semakin pama alkitab ditulis...semakin diragukan ke aslianya....apalagi yg menulis bukan orang se zaman yesus....

    BalasHapus