Kamis, 05 September 2013

Apologetika Kontra Api Penyucian

KONDISI SEMENTARA BAGI MANUSIA YANG TELAH MENGALAMI KEMATIAN TUBUH SEBELUM PENGHAKIMAN TERAKHIR




Tidak akan masuk ke dalamnya [surga] sesuatu yang najis” (Why 21:27) sebab Allah adalah kudus (Is 6:3). Maka kita semua dipanggil kepada kekudusan yang sama (Mat 5:48; 1 Pet 1:15-16), sebab tanpa kekudusan tak seorangpun dapat melihat Allah (Ibr 12:14). Melihat bahwa memang tidak mungkin orang yang ‘setengah kudus’ langsung masuk surga, maka sungguh patut kita syukuri jika Allah memberikan kesempatan pemurnian di dalam Api Penyucian.



Demikianlah salah satu apologetika yang membenturkan pengajaran Purgatori (Api Penyucian) dengan iman Gereja Orthodox yang tidak mengakui adanya api penyucian.Lalu bagaimanakah iman Gereja Orthodox mengenai manusia yang telah wafat pada penantian sebelum Penghakiman Agung?

yaitu hanya memiliki 2 kondisi sementara,



a) Kondisi sementara Firdaus, bagi umat beriman.

sebagaimana ketika seorang pencuri dengan dosanya yang najis, namun karena imannya ditempatkan di Firdaus (Luk. 23:43 dan Yoh. 5:29)



b) Kondisi sementara Tartarus, bagi umat yang tidak beriman.

Dalam 2 Petrus 2:4. Sang rasul menulis, ”Allah tidak menahan diri untuk menghukum malaikat-malaikat yang berbuat dosa, tetapi, dengan melemparkan mereka ke dalam Tartarus, mengirimkan mereka ke lubang kegelapan yang pekat untuk disimpan bagi penghakiman.



Demikianlah Penjelasan Arkhimandrit Rm. Daniel Byantoro dua kondisi sementara tersebut.





Menantikan Keselamatan”  



Menurut Alkitab keselamatan itu bukan hanya peristiwa masa lalu yaitu peristiwa yang “sudah" terjadi saja, meskipun memang orang beriman "sudah diselamatkan" oleh anugerah Allah melalui iman (Efesus 2:8-10) yang dinyatakan dalam baptisan (Galatia 3:26-27) dimana ia  dimanunggalkan dalam kematian dan kebangkitan Kristus ( Roma 6:3-11). Namun juga orang beriman itu masih hidup dalam rahmat keselamatan dalam peristiwa yang sedang terjadi masakini yaitu orang itu "sedang diselamatkan" oleh ketaatan hidup dan perjuangan melawan hawa-nafsu untuk mencapai kekudusan dimana ia “diperbaharui dari hari ke hari” (Kolose 3:10), serta dimana ia diperintahkan untuk “kerjakan keselamatanmu dengan rasa takut dan gentar” ( Filipi 2:12)., Dan melaluinya pengudusan ini terjadi sebagai akibat Penebusan Kristus oleh kuasa Roh Kudus di dalam Tubuh Kristus yaitu Gereja, yang satu , kudus . katolik dan apostolik itu.



Dan tujuan akhir dari semuanya ,  yang adalah merupakan peristiwa masa depan bagi orang beriman itu nantinya adalah ia ”akan diselamatkan" pada saat kebangkitan menyatu dalam kemuliaan Kristus ( Kolose 3:5, I Yohanes 3:2, Roma 8: 23-25), dengan demikian manusia akan “menjadi sama seperti Dia”, manusia mengalami “peng-ilahi-an” (theosis), menjadi seperti Allah oleh rahmat Allah, didalam kemuliaan dan kegemilangan cahayanya. “Theosis” ini tujuan aklhir keselamatan manusia di dalam Kristus menurut pemahaman Iman Rasuliah dari Gereja Orthodox Timur. Karena hanya pada saat akhir jaman nanti itu sajalah kita  akan “memperoleh seluruhnya” (Efesus 1:14) dari apa yang dikaruniakan dalam keselamatan dalam “theosis”  itu kepada kita, karena itu kita dan mereka yang sudah bersama Kristus itu sama-sama “menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada akhir zaman” ( I Petrus 1:5).   Dalam masa penantian inilah kita maupun mereka menunggu “kebangkitan orang-orang mati” . Apa yang terjadi kepada mereka yang sudah mati pada saat penantian dan saat antara kematian dan kebangkitan di akhir jaman itu nanti?





“Eksistensi Roh Orang Mati dan Penghakiman Sebagian”              



Alkitab mengatakan demikian:” Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Matius 10:28).



Menurut ayat ini manusia hanya dapat “membunuh tubuh’  namun “tidak berkuasa membunuh jiwa”, artinya pada saat tubuh terbunuh, yaitu pada saat tubuh itu mati, jiwa tidak ikut terbunuh, yaitu jiwa tidak ikut mati. Dengan kata lain jiwa atau roh manusia (Yakobus 2:26) akan tetap lestari ada pada saat si manusia itu mati secara tubuh.  Apa yang terjadi pada saat jiwa manusia lepas dari tubuh ini pada saat kematian itu? Alkitab mengatakan demikian :” Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,” ( Ibrani 9:27). Dengan demikian berdasarkan ayat ini kita diajar bahwa langsung pada saat seseorang mati akan terjadi suatu penghakiman pada roh atau jiwa orang yang mati tadi. Namun Konsep penghakiman sebagian ini tidaklah sama seperti konsep Api Penyucian (Purgatory) dalam Gereja Barat.



 “Kerajaan Angkasa



Namun jelaslah ini bukan  penghakiman akhir, karena penghakiman akhir baru terjadi ketika terjadi kebangkitan tubuh bagi semua manusia pada saat kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kali nanti. Lalu penghakiman apa yang yang terjadi sesudah orang mengalami kematian ini? Inilah penghakiman sebagian, yang bukan dilakukan oleh Allah namun lebih berwujud tuduhan dan dakwaan Iblis dan roh-roh jahatnya kepada roh manusia yang meninggalkan alam jasmani menuju alam yang menjadi tujuannya. Ini  disebabkan menurut Alkitab terdapat suatu “kerajaan angkasa”, dengan “penguasanya”yaitu “roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.” (Efesus 2:2), sedangkan yang dimaksud dengan roh ini adalah “Iblis”.



Sebagai penguasa suatu kerajaan di angkasa yang tak nampak oleh mata, pastilah Iblis itu tidak sendiri, karena Alkitab mengatakan bahwa Iblis itu memiliki “malaikat-malaikat”nya sendiri, yaitu malaikat-malaikat yang telah jatuh menjadi roh-roh jahat (Matius 25:41, Wahyu 12: 7,9). Dan menurut Alkitab para malaikat bawahan Iblis ini dibagi menurut jenjang-jenjang kedudukan mereka masing-masing sebagaimana yang dikatakan:” perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Efesus 6:12). Jadi di bawah Iblis “sang penguasa kerajaan angkasa” itu, ada roh-roh bawahan iblis yang berjenjang sebagai “pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa,  penghulu-penghulu dunia yang gelap,dan roh-roh jahat di udara.



Jika Iblis dan malaikat-malaikatnya atau roh-roh jahatnya itu memiliki kerajaan  kegelapan di angkasa atau di udara, maka jelas setiap roh manusia yang meninggal yang akan menuju ketempatnya yang telah ditentukan ( yaitu “pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” –Filipi 1:23 , jika dia adalah orang percaya)  harus melewati wilayah kerajaan angkasa atau kerajaan di udara ini.







Pergulatan antara Para Malaikat dan Roh-Roh Jahat  



Jika Malaikat Gabriel yang berasal dari sorga ketika hendak turun menemui Nabi Daniel bagi menyampaikan pesan dari Allah dan melewati angkasa, dikatakan Alkitab demikian :” Lalu katanya kepadaku: "Janganlah takut, Daniel, sebab telah didengarkan perkataanmu sejak hari pertama engkau berniat untuk mendapat pengertian dan untuk merendahkan dirimu di hadapan Allahmu, dan aku datang oleh karena perkataanmu itu. Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku; tetapi kemudian Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. Dan aku datang oleh karena perkataanmu itu.“ (Daniel 10:1-13), maka apakah yang mungkin terjadi bagi roh manusia berdosa dari bumi akan ke sorga dan melewati Kerajaan angkasa yang sama ini?



   Dalam ayat itu dijelaskan bahwa Malaikat Gabriel datang diutus Allah untuk menyampaikan pesan kepada Nabi Daniel. Tentulah dari sorga menuju kedunia ciptaan ini, ia harus melewati angkasa dimana Iblis dan malaikat-malaikatnya itu ber “kerajaan”. Disitulah Malaikat Agung ini mengalami dan berhadapan dengan “Pemimpin kerajaan orang Persia berdiri dua puluh satu hari lamanya menentang aku” . Yang dimaksud “Pemimpin kerajaan orang Persia” disini pastilah bukan seorang manusia, karena manusia yang bertubuh jasmani tak mungkin dapat “menentang” seorang malaikat yang bersifat roh (Ibrani 1:13-14) selama dua puluh satu hari. Pasti ini adalah Iblis sendiri yang mengendalikan Kerajaan Persia yang notabene adalah penyembah berhala itu. Dan menurut Alkitab semua penyembahan berhala itu adalah penyembahan kepada roh-roh jahat, dan pada akhirnya penyembahan kepada Iblis itu sendiri (I Korintus 10:19-20), dan melalui hal yang demikian inilah Si Jahat , Iblis, itu menguasai seluruh dunia (I Yohanes 5:19 –“ seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”). Dan karena itu ia disebut  sebagai “Pemimpin kerajaan orang Persia”  Jadi ketika Malaikat Gabriel dari sorga turun menuju ke bumi itu dihalangi dan dicegat serta ditentang oleh Iblis, sehingga “Mikhael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku”. Disini malaikat Gabriel dibantu oleh malaikat Mikhael “salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka” yaitu salah seorang dari “Penghulu Malaikat / Malaikat Agung” karena Mikhael sendiri disebut Kitab Suci sebagai “penghulu malaikat, Mikhael” (Yudas 1:9).



Dan Iblis itu memang lawan Malaikat Mikhael (Wahyu 12:7, Yudas 1:9), bukan lawannya Allah, sebab Allah tak punya lawan dan tak punya musuh. Dan kelihatannya dengan datangnya Malaikat Mikhael untuk menolong Malaikat Gabriel dalam peperangan di udara itu, Iblis tidak berperang sendiri, namun ia mengeroyok malaikat Mikhael “berhadapan dengan raja-raja orang Persia”  yaitu para roh / malaikat yang jatuh bawahan Iblis yang juga memiliki kuasa (“pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa,  penghulu-penghulu dunia yang gelap,dan roh-roh jahat di udara). Demikianlah berdasarkan Wahyu Ilahi dalam Kitab Suci ini, kita dapat mengintip sedikit pergulatan yang ada di alam roh, dalam “kerajaan angkasa” yang dikendalikan Iblis dan malaikat-malaikatnya yang telah jatuh itu. Jikalau mereka menghalangi makhluk sorgawi yang akan turun ke bumi mengadakan kontak dengan manusia yang dipilih Allah di bumi ini sebagai Nabi, tentulah ia dan roh-roh jahatnya akan melakukan hal yang sama kepada roh manusia yang telah meninggalkan tubuhnya dan meninggalkan alam ciptaan ini. Karena jika manusia yang masih hidup di bumi memiliki tubuh ini saja dicobai dan  digoda olehnya, bahkan  penguasa kerajaan angkasa ini  sebagai ““roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.” (Efesus 2:2), lebih-lebih lagi sekarang manusia itu telah  melepaskan tubuh jasmaninya dan berbentuk sama dengan dirinya, yaitu berbentuk roh itu akan lebih mudah untuk  dihalangi.  Dan tak mungkin dia akan melepaskan roh manusia yang selama hidupnya menjadi sasaran aktivitas kegiatannya untuk melakukan kejahatan dan kedurhakaan itu lepas begitu saja melewati wilayah “kerajaan angkasa” yang dikuasainya itu, tanpa diganggu, didakwa dan dituntut.





“Perjalanan Roh”  



Untuk mengetahui perjalanan roh manusia melewati kerajaan angkasa ini, kita baca dari Alkitab mengenai Kisah Orang Kaya dan Lazarus, ketika mereka meninggal ( Lukas 16: 19-31).  



Dalam Lukas 16:19-21 dijelaskan tentang dua orang yang sangat kontras keberadaannya. Yang satu adalah seorang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dengan segala kelimpahan keduniawiannya dan kemewahannya karena memang ia seorang kaya, tetapi tidak memperdulikan penderitaan orang lain yang kelaparan, miskin dan mengemis serta  membutuhkan pertolongan. Meskipun si pengemis miskin ini berbaring di dekat pintu rumah orang kaya, dan  “ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu”. Bukannya orang kaya itu perduli akan si pengemis ini, malahan “anjing-anjing datang dan menjilat boroknya” (Lukas 16:20-21).



Orang kaya ini bukan saja tak perduli akan sesamanya, namun juga ia hanya mementingkan diri sendiri dalam egoismenya yang tinggi. Ini adalah gambaran setiap manusia yang hanya hidup untuk diri sendiri dan mementingkan hal-hal duniawi tak perduli akan Allah dan tak perduli akan sesamanya, Inilah gambaran orang yang tak punya iman kepada Penciptanya, karena ia “selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan” saja pekerjaannya (Lukas 16:19), dan ia tak memiliki kasih kepada sesamanya, karena ia tak perduli akan orang miskin yang “ berbaring di dekat pintu rumah”nya. Baginya hidup ini hanyalah untuk memenuhi hawa nafsu kedagingan dan kepentingan duniawi dengan hanya menumpuk harta saja. Meskipun secara duniawi orang ini melimpah dengan kekayaan, serba mewah dalam kehidupan, namun orang ini tak punya nama, karena ia hanya disebutkan oleh Kitab Suci sebagai “orang kaya”: tanpa nama dan tanpa identitas lebih lanjut. Inilah gambaran dari setiap orang yang tak memiliki iman kepada Allah dan tak memiliki kasih kepada sesamanya, yang pada akhirnya tak akan mendapat keselamatan, karena namanya tak tertulis dalam Kitab Kehidupan. Sehingga ia dihadapan Allah tanpa identitas dan tanpa nama itu. Hanya jika “namamu ada terdaftar di sorga." (Lukas 10:20), dan setiap orang yang “namanya terdaftar di sorga” (Ibrani 12:23), sebagai “jemaat anak-anak sulung” di Yerusalem sorgawi saja, seseorang itu punya nama di hadapan Allah. Karena Kitab Suci mengatakan :” setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”  (Wahyu 20:15). Pada bagian lain dalam Injil Lukas ini (Lukas 12: 16-20) juga dijelaskan lagi mengenai keberadaan orang yang hanya menumpuk harta bagi dirinya sendiri  tetapi tak perduli akan Penciptanya dan tak memiliki kasih kepada sesamanya.  Ia hanya membanggakan dan puas akan harta bendanya saja, sehingga ia berkata :”   Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” (Lukas 12:19). Pikiran orang ini disesatkan oleh keduniawiannya karena ia menyamakan kebutuhan jiwanya (…berkata kepada jiwaku: Jiwaku..) dengan kebutuhan tubuhnya yaitu “banyak barang tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya” “istirahat”, “makan”, “minum” dan” bersenang-senang”. Ia hanya berfokus pada hal-hal kedagingan dan hal-hal duniawi saja dalam hidupnya. Padahal kebutuhan jiwa itu adalah :iman, rahmat Allah, keselamatan,  masalah-masalah keimanan, pemahaman akan firman Allah, sembahyang, puasa, memberi sedekah, sakramen, cinta kasih kepada Allah dan kepada sesamanya, hidup bajik, memperdulikan orang lain, dan sebagainya.  Itulah sebabnya orang yang hidupnya sama sekali bersifat duniawi dan bahkan “menduniawikan” jiwanya seperti itu dikatakan Alkitab mengenai keberadaannya pada saat kematiannya sebagai berikut :” Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” (Lukas 12:20). Orang yang hanya melihat hidup dari sisi duniawi ini saja, dan tak perduli akan sisi rohani, sisi ghaib,  dan sisi supranatural dari kehidupan seperti orang kaya dalam ajaran Sang Kristus diatas ini dikatakan oleh Kitab Suci sebagai “orang bodoh”. Namun ini bukan bodoh secara intelektual, karena mungkin saja orang semacam ini adalah seorang professor , atau seorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi,  yang dimaksud disini adalah bodoh secara batin, dan buta secara hati.



Dan nasib orang yang demikian pada saat kematian dikatakan oleh ayat diatas “pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu,”.  Bahasa asli dari anak kalimat yang kita kutip dari ayat diatas adalah “auteen teen nychta apaitousin teen psycheen sou apo sou” yang arti harafiahnya adalah “malam ini juga mereka akan menuntut (apaitousin) jiwamu dari padamu” . “Mereka akan menuntut jiwamu”!  Siapa yang menuntut jiwa manusia ini pada saat kematiannya? “MEREKA”. Siapa mereka ini? Tak mungkin ini Allah, sebab kalau Allah seharusnya “Dia”, bukan mereka. Tak mungkin ini para malaikat, sebab tak ada ajaran dalam Kitab Suci yang mengatakan para malaikat akan menuntut jiwa manusia pada saat kematiannya. Jadi kemungkinannya tinggal satu, yaitu “Iblis dan roh-roh jahatnya”, karena Alkitab juga mengatakan bahwa “Iblis, yang berkuasa atas maut” (Ibrani 2:14). Namun demikian ada indikasi para malaikat kudus juga datang untuk menjemput orang beriman dan orang benar pada saat kematiannya, karena Kitab Suci mengatakan : matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.” ( Lukas 16:22)







Firdaus   



Kembali kepada pembahasan kita dari Lukas 16:19-21 itu. Berlawanan dengan Orang Kaya tanpa nama yang telah kita bahas diatas adalah sosok seorang pengemis yang kelaparan, punya banyak borok, tak diperdulikan orang kaya itu, dan boroknya dijilati anjing. Tetapi dia memiliki nama, dan namanya adalah “Lazarus”.



Kata Lazarus ini adalah bentuk bahasa Yunani dari nama Ibrani “Lazar” atau “Eli Azar” (“Allah-ku adalah Penolong”) . Dengan demikian si pengemis ini adalah gambaran dari setiap orang yang akan diselamatkan, yang namanya tercatat dalam Kitab Kehidupan. Dari arti namanya juga menggambarkan si pengemis ini sosok orang beriman, karena ia menjadikan Allah sebagai Penolongnya.



Orang beriman itu digambarkan sebegai pengemis, karena pada akhirnya tidak ada kemampuan dan kekayaan yang kita miliki yang dapat menyelamatkan kita, kita hanya mengemis dari Tuhan artinya Tuhan itu memberikan kaselamatan berdasarkan kasih-karunia atau rahmatNya semata-mata, bukan karena perbuatan apapun yang kita lakukan. Semua perbuatan baik yang kita lakukan itu adalah ekspresi iman kita setelah kita menerima kasih-karunia keselamatan di dalam Yesus Kristus, sehingga perbuatan baik itu sendiri bukan landasan kita diselamatkan. Hidup dalam iman sebagai para pengemis kasih-karunia Allah itu sering penuh dengan derita yang digambarkan dengan banyak borok, dan penuh dengan kesulitan yang digambarkan dengan kelaparan, dan penuh dengan kebencian dari orang lain yang digambarkan tak diperdulikan orang kaya, serta penuh dengan hinaan dan cercaan yang diterima dari orang luar yang digambarkan boroknya dijilati anjing.



Namun dalam keadaan semuanya itu si pengemis ini tetap bertahan dalam beriman dan berharap Allah, dia tetap membuat dirinya sebagai “Lazarus” yaitu sebagai manusia yang meletakkan harap dan imannya kepada Allah. Dalam tawakkal dan ketabahannya inilah, maka dikatakan Kitab Suci “Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.” (Lukas  16:22). Si orang beriman ini mati  dan rohnya meninggalkan tubuhnya untuk“pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus” (Filipi 1:23). Dan “diam bersama-sama dengan  Kristus”  itu digambarkan sebagai “pangkuan Abraham” dalam Lukas 16:22 ini.



Namun  “diam bersama-sama” dengan Kristus itu merupakan tindakan “pergi” atau melakukan perjalanan, yaitu melakukan perjalanan dari alam jasmani ke dalam alam ghaib itu, tidak otomatis menyatu dengan Kristus. Oleh sebab itu Lazarus ini “dibawa oleh malaikat-malaikat”. Mengapa harus dibawa malaikat-malaikat tidak otomatis pergi sendiri saja. Karena dikatakan Kitab Suci  bahwa“mereka semua”  (para malaikat itu) “adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan” (Ibrani 1:14). Berarti penyertaan para malaikat pada roh si Lazarus ini adalah bertujuan melayani keselamatan Lazarus supaya aman dan selamat sampai ke tujuan. Ini kemungkinan besar terkait dengan perjalanan roh itu melewati kerajaan angkasa, supaya tak diganggu dan tak dihalangi oleh roh-roh jahat bawahan Iblis yang mungkin akan mendakwa dosa-dosa yang meskipun sudah diampuni di dalam Kristus pada waktu si roh itu hidup,  tetapi tetap dibangkit-bangkit oleh par aroh jahat itu. Dan inilah bentuk dari penghakiman sebagian sebagaimana yang dapat kita lihat dari Ibrani 9:27 itu.



Mengenai tuduhan dan dakwaan roh-roh jahat ketika roh orang yang sudah meninggal itu melewati wilayah “kerajaan angkasa” itu para bapa Gereja Timur menggambarkan itu seperti orang melewati “gerbang-gerbang tol”, karena masing-masing roh yang bertanggung jawab untuk mengkompor-kompori tiap jenis hawa nafsu manusia agar berbuat dosa itu, akan menuduh si roh itu dari dosa-dosa yang telah dilakukannya selama hidupnya.  Dan disitulah fungsi para malaikat itu membela  si roh yang sedang pergi itu dari tuduhan-tuduhan para roh jahat di pintu-pintu penghalang dalam kerajaan angkasa itu dan menghardik roh-roh jahat tersebut, seperti Mikhael membela Gabriel melawan roh-roh jahat bawahan Iblis, sehingga si roh orang yang beriman ini selamat sampai ke tujuan karena si roh ini “dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham”.



   Demikianlah si roh itu sampai kepada tujuannya dia “pergi” yaitu  melakukan perjalanan dan “diam bersama-sama Kristus” atau berada “di pangkuan Abraham”. Karena tujuan  penyatuan dengan Kristus itu adalah untuk "ambil bagian dalam kodrat ilahi" (II Petrus 1:4), maka orang yang mati dalam Kristus itu tidak mati namun " hidup walaupun sudah mati " (Yohanes 11:25), karena mereka "sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup" (Yohanes 5:24), sebab mereka menyatu dengan keilahian Kristus yang dinyatakan melalui kebangkitanNya. Dan mereka yang "hidup walaupun sudah mati" itu, sekarang membentuk komunitas suci sebagai " roh-roh orang benar yang telah menjadi sempurna" dan juga membentuk "jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga" ( Ibrani 12: 23) dalam “.kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi” ( Ibrani 12: 22), yang tak lain adalah “Firdaus” ( Lukas 23:43). Inilah tempat penantian bagi semua roh yang telah mendapat keselamatan dimana mereka beristirahat dari semua jerih-pyah dan deritanya selama di dunia, sebagaimana dikatakan Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka” (Wahyu 14:13).  



Jadi orang yang mati di dalam Kristus itu bukannya tak dapat dibicarakan lagi keberadaannya, karena mereka masih hidup dan justru membentuk masyarakat suci yang sama hidupnya dengan kita, hanya mereka telah "'benar" dan " sempurna" dan dalam wujud "roh" yang sama sekali tak dapat mati lagi. Mereka lebih hidup dari kita, karena mereka tak mati lagi, dan telah menyatu dengan kehidupan ilahi di dalam Kristus.  Sedangkan kita masih berwujud daging yang dapat mati, sering menyeleweng dalam dosa dan sangat tidak sempurna.



Mereka ini disebut "jemaat" yaitu "Gereja", berarti mereka ini satu Tubuh dengan kita yang juga menyatu dengan Kristus itu. Mereka adalah Gereja yang sudah menang dan kita adalah Gereja yang sedang berjuang. Dan Alkitab mengatakan bahwa dalam Kristus hanya ada "Satu Tubuh" yaitu "Satu Gereja" saja ( Efesus 4:4) karena hanya ada "Satu Roh" yang menghidupi. Jika demikian berarti "komunitas suci" dari "roh-roh orang benar yang telah menjadi sempurna" itu merupakan satu anggota dari "Satu Tubuh" yang sama dengan kita. Oleh karena itu mereka tak terpisah dari kita, bahkan pada saat ini juga. Karena baik mereka maupun kita sama-sama manunggal dalam Kemanusiaan Kristus yang sama, dan dihidupi oleh Roh Kudus yang sama. Memisahkan mereka dari kita, berarti menyangkal karya Inkarnasi Kristus, dan rahmat panunggalan kita denganNya, serta pendangkalan makna ekklesiologi.  



Mereka berada di Firdaus sampai kedatangan Sang Kristus yang kedua kali dimana  mereka akan disatukan kembali dengan tubuh mereka yang akan dibangkitkan dari dalam kuburan dalamn kemuliaan, karena  “saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal,” (Yohanes 5:28-29).







Tartarus 



Nasib orang tak beriman itu berbeda dari nasib mereka yang beriman. Untuk itu mari kita lihat bagaimana nasib orang kaya itu ketika mati. Alkitab mengatakan :” Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.” (Lukas 16:23). Dalam kematian orang kaya, si orang terhilang ini, tak dikatakan apa-apa tentang malaikat yang menyertai dia. Namun langsung dikatakan setelah tubuh jasmaninya “dikubur”  maka  “ia  (yaitu “rohnya”)  menderita sengsara di alam maut”.  Karena orang kaya ini tak beriman, dan selama hidupnya hanya mengikuti hawa nafsunya saja, berarti selama itu dia sudah tunduk kepada kekuasaan si penguasa kerajaan angkasa.  Sehingga ketika dia mati,rohnya langsung di-klaim oleh para roh maut itu, dan diseret ke dalam alam-maut tempat Iblis, yang berkuasa atas maut itu berada,  disamping ia juga menguasai kerajaan kegelapan di angkasa.

Oleh karena itu ia langsung “menderita sengsara di alam maut”  yaitu tempat  kegelapan dan siksa dimana para malaikat yang jatuh yang menjadi roh-roh jahat itu juga berada (Yudas 1:6,).Tempat inilah yang disebut “Tartarus” (II Petrus 2:4 –terjemahan kata “neraka” dalam bahasa Indonesia itu seharusnya berbunyi Tartarus).



Tartarus bukanlah neraka, karena dikatakan disitu bahwa “Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam tartaroosas = tartarus (LAI : Neraka)  ” dengan tujuan untuk  “menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap” dan tempat ini adalah “ untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman”  Jadi di Tartarus ini  Allah “menyimpan mereka sampai hari penghakiman” . Padahal orang dihukum dalam neraka itu sesudah hari penghakiman, sedangkan roh-roh dari para malaikat yang jatuh itu berada dalam Tartarus menunggu sampai hari penghakiman, berarti Tartarus memang bukan neraka, tetapi tempat penantian bagi para makhluk yang berdosa yang akan masuk neraka, sampai datangnya hari penghakiman.



Dalam alam tartarus ini roh manusia terpisah dari persekutuan dengan makhluk lainnya, meskipun si roh secara intuisi dapat mengenali orang-orang lain yang tak pernah dikenalinya selama di dunia, namun si roh yang tersiksa ini tak memiliki persekutuan dengan mereka. Juga dijelaskan disitu bahwa si roh “menderita sengsara di alam maut” bukan karena disiksa oleh Allah ataupun malaikat. Memang menurut Alkitab Allah tidak menyiksa siapapun di api neraka, manusia itu sendirilah karena tak ada pertobatan dan iman dalam dirinya ketika harus berhadapan dengan hadirat Allah, dilihatnya sebagai sesuatu yang menyiksa dan menyakitkan.  Ia berada di dalam tempat yang sangat gelap, namun dalan perasaannya ia merasa “sangat kesakitan dalam nyala api “.( Lukas 16:24).  Roh orang mati itu biarpun dalam keadaan tersiksa ia masih dapat berdoa dan memohon “Bapa Abraham, kasihanilah aku”.. Ia merasa tak tahan dengan siksaan yang dideritanya, sehingga ia memohon “Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku”. Bukti bahwa Allah tak menyiksa siapapun dan dalam alam siksapun kasih Allah itu tetap hadir adalah, dalam menjawab permohonan si orang jaya yang tersiksa itu Abraham yang mewakili hadirat Allah itu menyebut si orang kaya yang tersiksa itu bukan dengan sebutan  kemurkaan dan kebencian tetapi sebutan cinta-kasih “Tetapi Abraham berkata: Anak. Dan memori serta ingatan roh orang mati akan hidup masa lampaunya itu tidak hilang, sehingga Abraham mengatakan kepada roh si orang kaya itu “ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita” (Lukas 16:25).



Meskipun alam Firdaus dan alam Tartarus itu berada dalam alam maut yang sama namun keduanya saling terpisah sedemikian oleh terbentangnya “ jurang yang tak terseberangi”  sehingga alam yang satu tak dapat saling kontak dengan yang lain. Yang berada di alam Tartarus akan dapat melihat mereka yang ada di Firdaus sehingga siksa yang dialaminya akan dirasakan lebih pedih lagi, sedangkan Lazarus yang di Firdaus tak dapat melihat mereka yang ada di alam Tartarus supaya sukacita dan kebahagiaan yang dialami tak akan diganggu oleh rasa kesedihan dan belas-kasihan melihat mereka yang tersiksa di Tartartus itu, sebagaimana yang dikatakan :” Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang” (Lukas 16:26). Roh orang kaya yang ada di Tartarus itu juga masih dapat mengingat rumah ayahnya, dan jumlah saudaranya yang masih ada di dunia ini (Luklas 16:27-28), dan ia menghendaki sungguh-sungguh agar mereka yang hidup dari antara keluarganya jangan sampai masuk ke alam siksa dan penderitaan itu, kalau meninggal nanti ( Lukas 16: 27-28). Oleh karena itu  roh orang kaya minta agar Abraham mengirimkan Lazarus ke rumah ayahnya untuk memperingatkan saudara-saudaranya agar nantinya tak akan masuk ketempat siksa itu ( Lukas 16: 27-28). Permintaan itu ditolak oleh Abraham dengan kata-kata ini:” …Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi, baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu……Jika mereka tak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak akan juga diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati “ ( Lukas 16: 29,31).  Penolakan pengabulan permintaan roh si Orang Kaya ini adalah merupakan  penegasan bagaimana cara menghindar dari neraka seperti yang dikehendaki si Orang Kaya itu. Artinya caranya menghindar dari siksa itu adalah jika saudara-saudara si Orang Kaya yang masih hidup di dunia itu mau mendengar Kitab Suci (“kesaksian Musa dan para nabi”) sedangkan jika mereka tak mau mendengar Kitab Suci (“kesaksian Musa dan para nabi”), biarpun ada mukjizat bangkitnya orang matipun, orang tetap tak percaya juga. Jadi ayat-ayat ini sama sekali tak berbicara mengenai dapat atau tidaknya hubungan antara orang hidup dan orang mati, terutama yang dalam Kristus. Abraham tidak mau menyuruh Lazarus ke bumi lagi bukan karena hal yang demikian itu tidak mungkin terjadi, karena Musa yang sudah matipun ternyata dapat menampakkan diri ke bumi dan dilihat manusia yang masih berbadan jasmani ( Matius 17: 2-3). Namun pernyataan  Abraham itu hendak menegaskan pentingnya beriman kepada ajaran Kitab Suci, bukan pada mukjizat yang spektakular.



Demikianlah baik kita yang masih hidup di dunia maupun mereka yang hidup di alam maut dalam  penantian, semuanya menunggu  saat dimana Kristus akan datang lagi, dimana tubuh semua orang yang telah mati akan dibangkitkan dari kuburan, dan roh-roh yang berada dalam alam maut  yang sedang menanti-nanti itu akan disatukan kembali dengan tubuh mereka untuk bersama-sama dibangkitkan, sebagaimana dikatakan :”Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. “  (Yohanes 5:28-29). “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.” ( Daniel 12:2-3)



2 komentar:

  1. Bagaimana dengan orang Kristen yang fasik. Apakah mereka masuk Firdaus atau Tartasus setelah kematiannya? Orang Kristen yang fasik itu benar- benar percaya Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat tetapi perbuatannya sangat keduniawian dan tidak mempunyai keinginan yang sunguh- sungguh untuk hidup kudus. Karena dia berpikir sudah pasti selamat.
    Dimohon jawabannya

    BalasHapus