Kamis, 05 September 2013

Tanda Salib dan Sejarahnya




Oleh : Rm. Dcn Damaskinos Arya

Tanda Salib adalah ritual gerakan simbolis yang menandai empat poin dari Salib di Kalvari atas tubuh seseorang.  Ini juga merupakan tanda kita mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan kita.  Tanda salib yang paling sering dibuat dalam nama Tritunggal Kudus , untuk menunjukkan penghormatan untuk orang kudus, objek kudus, dan biasanya dilakukan di awal atau di akhir doa, untuk menunjukkan kerendahan hati atau perjanjian, atau pada banyak kesempatan lainnya, yang mungkin  sedikit berbeda sesuai dengan praktek daerah / etnis atau kesalehan pribadi.  Jemaat Gereja Orthodox, beberapa mungkin membuat tanda salib seratus kali atau lebih selama Liturgi Ilahi atau ibadah-ibadah lainnya.

Sejarah

Catatan pertama dari Jemaat Perdana mengenai membuat tanda Salib dapat kita baca sebuah manuskrip dari abad ke dua yang ditulis oleh Bapa Tertulianus yang mengatakan: "Dalam semua perjalanan dan perbuatan kami, ketika kami masuk dan keluar suatu tempat, dalam menempatkan sesuatu di kaki kami, saat mandi, saat berkumpul dalam satu meja, dalam pencahayaan lilin, saat berbaring, saat duduk, dalam segala kegiatan apapun itu, kita menandai dahi kita dengan Tanda Salib "(De cor Mil.., iii).

Dalam Gereja perdana diyakini bahwa salib itu dibuat hanya pada dahi.  Oleh karena itu Tertulianus juga mengatakan: "Kami orang Kristen menandai dahi kami dengan tanda salib."  Dan juga dipercaya bahwa orang Kristen di masa itu menggunakan satu jari untuk membuat tanda salib di dahi mereka atau pada item lainnya.  Oleh karena itu dalam kehidupan St. Barbara, kita membaca: "Suatu hari, saat Barbara berdiri dengan kolam  menghadap ke timur dia berkata, Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, dan dia secara ajaib menarik tanda salib pada dinding marmer dari pemandian dengan jarinya."

Bahwa tanda salib dibuat dengan hanya satu jari juga dikonfirmasi oleh St Epiphanius di Panarionnya (Adv. Haer. Xxx, 12), di mana ia berbicara tentang sesuatu yang diberikan kepada sebuah kapal laut untuk menggulingkan kekuatan mantera yaitu dengan "membuat banyak sekali tanda di kapal tersebut dengan jarinya yaitu materai salib."

Sekali lagi setengah abad kemudian Sozomen, sejarawan gereja (VII, xxvi), menggambarkan bagaimana Uskup Donatus ketika diserang oleh setan "membuat tanda salib dengan jarinya di udara dan meludahi setan yang berbentuk raksasa tersebut".

Namun, pada abad keempat muncul kebiasaan membuat tanda salib lebih dari satu jari. Ini dapat kita baca pada tulisan St. Kirilios dari Yerusalem, dalam Katekisasinya (xiii, 36) yang mengatakan: "Mari kita untuk selanjutnya tidak malu mengakui Yang Tersalib, Jadilah Salib sebagai materai kita, yang dibuat dengan mantap menggunakan jari-jari di dahi kita dan dalam setiap hal; atas roti yang kita makan dan cawan yang kita minum, saat kita datang dan pergi, sebelum kita tidur, saat kita berbaring dan saat kita terjaga;. ketika kita bepergian, dan saat kita beristirahat "

Di masa ini diyakini bahwa dua jari mulai digunakan untuk membuat tanda salib, sebagai penjaga terhadap bidaah Monofisit.  Jadi dengan menggunakan dua jari, orang akan mengakui adanya dua kodrat dalam Kristus.  Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa bukti pertama menggunakan dua jari untuk membuat tanda salib ditemukan dalam tulisan-tulisan Theodoret dari Cyrus, yang terkenal karena antagonisme-nya terhadap kaum Monofisit.


Jadi Theodoret dari Sirus menulis: "Demikianlah kita memberkati dengan tangan dan salib untuk diri kita sendiri: Memegang tiga jari bersama-sama secara merata ibu jari dan dua jari terakhir (kelingking dan manis) mengakui misteri Tritunggal Maha Kudus: Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah bukan tiga Allah, tetapi satu Allah dalam Tritunggal; ada perbedaan nama, tetapi hanya satu Ketuhanan yaitu Bapa yang tidak diperanakkan; dan Anak keluar dari Bapa, namun bukan diciptakan, Roh Kudus satu tak terpisahkan, bukan dibuat, tetapi Mereka adalah tiga dalam satu Ketuhanan, tapi satu dalam kekuasaan, satu dalam Kehormatan, satu dalam penyembahan oleh semua ciptaan, dan  ini dijelaskan dalam penjelasan dari tiga jari Bergabung. Dua jari bersama-sama-itu memiliki pemaknaan yang luas lagi yaitu jari telunjuk dan tengah, dengan sedikit menekuk jari tengah, mewakili dua kodrat Kristus:. Keilahian-Nya dan Kemanusiaan-Nya Dia adalah Allah menurut keilahian-Nya dan Manusia menurut kemanusiaan-Nya, sempurna dalam kedua kodrat itu. jari telunjuk mewakili keilahian-Nya, sedangkan jari tengah menjelaskan kemanusiaan-Nya, karena Dia turun dari tempat tinggi untuk menyelamatkan mereka yang ada di bawah. menekuk jari tengah menggambarkan bahwa Dia membungkuk dari langit dan turun ke atas bumi untuk keselamatan kita . "  (Domostroi Kutipan, chap 13,. Carolyn Johnston Pouncy, Cornell University, 1994)

Santo Petrus Damaskus (+ 775 M) juga menegaskan hal ini dalam wacana berikut nya di Philocalia: "Para Bapa Gereja telah memberikan teladan kepada kita pengertian dari tanda suci, dalam rangka untuk membantah kaum bidah dan orang-orang kafir itu yaitu Kedua jari di satukan dan dengan satu tangan mewakili Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan, dan Ia dengan demikian diakui dalam dua kodrat dan satu hypostasis. Penggunaan tangan kanan pertanda kekuatan yang tak terbatas dari-Nya dan fakta bahwa Ia duduk di sebelah kanan Bapa. Tanda ini dimulai dengan gerakan ke bawah dari atas menandakan keturunan-Nya yaitu kita semua berasal dari surga. Dan satu lagi, gerakan tangan dari sisi kanan ke kiri mengusir musuh-musuh kita dan menyatakan bahwa dengan kekuatan tak terkalahkan-Nya, Tuhan mengalahkan iblis yang dinyatakan dengan sisi kiri yaitu kegelapan dan tak keberdayaan." (Philocalia halaman 642)

Hal ini juga dipertegas lagi oleh St. Melitius Pengaku, Uskup Antiokhia, juga menulis sebuah perjanjian menguraikan tanda salib dengan dua jari.  Namun demikian, harus diakui bahwa St.Melitius Pengaku,  St. Kirilios dari Yerusalem, dan Theodoret dari Sirus bersamaan dengan St. Petrus dari Damaskus berdomisili dalam Gereja lokal di Antiokhia, yang saat itu termasuk wilayah Tengah Timur serta kadang-kadang termasuk Kapadokia, Asia Kecil, Palestina, Sinai dan tempat lain, sebelum pembentukan Kepatriarkhan Konstantinopel dan Yerusalem.  Oleh karena itu, adalah mungkin bahwa penandatanganan salib dengan dua jari bukanlah suatu kebiasaan universal, tetapi hanya sebuah tradisi Antiokhia.  Hal ini juga akan masuk akal, karena Antiokhia adalah pembela setia Pengajaran Gereja yang lurus (Orthodox) terhadap kaum Monofisit, dan dengan demikian, maka penekanannya pada makna dua kodrat Kristus sehingga materai salib menggunakan dua jari.

Namun demikian, pada saat tanah Rusia tercerahkan di abad ke-10 tetap memakai tradisi yang berlaku di Kapadokia, Asia Kecil, yang dibawa oleh misionaris yang dikirim ke Rusia dari Byzantium. Oleh karena itu, Gereja Rusia menerima tradisi ini sebagai Tradisi Gereja Awali, dan selalu diterus sampaikan untuk beberapa abad sesudahnya.

Namun, setidaknya pada abad ke 9, telah menjadi praktik yang lazim di seluruh Timur dan Gereja Barat yang Orthodox untuk membuat tanda salib dilakukan dengan menggunakan tiga jari, bukan dua.  Ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah disatukan sebagai lambang Tritunggal Kudus, sedangkan jari manis dan jari kecil ini diselipkan ke telapak tangan untuk mewakili dua kodrat Kristus.

Catatan tertulis pertama dari bentuk ini ditemukan dalam tulisan-tulisan dari Paus Leo IV Paus Gereja Katolik yang Orthodox di Roma yang wafat pada tahun 855 AD, yang dianggap begitu agung oleh St. Photius karena banyaknya mukjizat yang dilakukan oleh Paus Roma ini.  Dengan demikian, Paus Leo menulis: "Membuat tanda salib yang benar  tidak dengan lingkaran atau dengan berbagai kebiasaan jari-jari, tapi dengan dua jari berbaring dan ibu jari bersatu dengan jari-jari yang lainnya, di mana Tritunggal disimbolkan. Jagalah untuk membuat tanda ini dengan benar, karena jika tidak, anda tidak dapat memberkati apa pun."(lihat Georgi," Liturg. Rm. Pont. ", III, 37).

Pada sekitar tahun 1000 AD, Aelfric, Abbas Eynsham di Inggris, yang wafat pada tahun 1020 AD, menulis sebagai berikut:. "Seseorang mungkin dapat membuat sesuatu yang mengagumkan dengan tangannya namun itu tidak menciptakan suatu berkat apapun kecuali dia membuat tanda salib sebelumnya, Tetapi jika dia melakukan itu iblis akan segera takut. Dengan tiga jari kita harus memberkati diri dalam Tritunggal Maha Kudus "(Thorpe," The Homilies Gereja Anglo-Saxon / Gereja Inggris ", 462).

Lebih dari satu abad setelah skisma Katolik Roma dengan Persekutuan Gereja Katolik yang Orthodox yaitu satu abad setelah tahun 1054, Paus Innocent III (1198-1216), membuat deklarasi berikut: "Tanda Salib dibuat dengan tiga jari, sebab penandaan diri tersebut dilakukan bersama-sama dengan seruan kepada Tritunggal. Ini adalah cara melakukannya: dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri, karena Kristus turun dari langit ke bumi, dan dari bangsa Yahudi (kanan) Ia mengunjungi bangsa-bangsa yang lain (kiri).”

Ada persepsi bahwa praktek membuat tanda salib dengan tiga jari mungkin berasal dari Barat.  Namun demikian, itu ada di Barat setidaknya baru tahun 855, sebelum wafatnya  Paus Leo IV yang Orthodox, dan dengan demikian dipraktekkan di Gereja Barat yang Orthodox sebelum skisma pada tahun 1054, dan bahkan selama beberapa abad setelah skisma.

Di Timur, praktek membuat tanda salib dengan tiga jari setidaknya menjadi praktek umum pada abad ke-12.  Dengan demikian Gereja Yunani, Serbia, Bulgaria, Albania, Georgia, Wallachians, Moldavians dan bahkan wilayah Rusia yang dikuasai Polandia semua mengadopsi penandaan salib menggunakan tiga jari mewakili Tritunggal Maha Kudus.  Menariknya, penggunaan tiga jari juga menjadi norma di Gereja Coptic Oriental, Suriah, Armenia, dan bahkan Etiopia yang jauh.  Namun, semua Gereja Oriental membuat tanda salib dari kiri ke kanan, bertentangan dengan praktek Orthodox.  Kaum Nestorian Mesopotamia, Persia dan India juga menggunakan tiga jari hari ini.  Ini ironis karena Nestorian ingin menekankan dua hakikat Kristus.  Namun mereka tidak menandai salib mereka dengan dua jari yang mewakili dua kodrat, melainkan dengan tiga jari mewakili Tritunggal Maha Kudus.  Kaum Nestorian juga menandai silang dari kanan ke kiri, sehingga memiliki praktek yang sama persis seperti orang-orang Yunani.

Dengan demikian, praktek membuat tanda dengan tiga jari telah mencapai Italia, Spanyol, Perancis, Jerman, dan Inggris di barat.  Telah mencapai Yunani, Bulgaria, Georgia, Albania, Serbia, Wallachians, Moldavians dan Polandia.  Hal ini juga telah mencapai Mesir, Suriah, Armenia, Mesopotamia, Persia, dan bahkan jauh Etiopia dan India.  Tapi itu belum mencapai Rusia!

Gereja Orthodox Rusia terus mengamati praktek membuat tanda salib dengan dua jari, seperti yang telah ditetapkan oleh Theodoret dari Sirus dan St Petrus dari Damaskus.  Tulisan-tulisan Bapa-bapa ini bahkan tertulis dalam typicon (trebnik) yang digunakan oleh Gereja Rusia.  Ketika pada pertengahan abad ke-16, Rusia menyadari praktek mereka berbeda dari Polandia ke barat, dan Bulgaria, Yunani dan Georgia di selatan, langkah diambil untuk memutuskan mana praktik lebih asli.  Isu-isu yang dibahas di Dewan Sinode Diadakan oleh Kaisar Ivan the Terrible pada tahun 1551.  Dewan ini juga disebut Dewan Stoglav, atau "Dewan Seratus Bab."  Namun, Dewan ini tidak hanya memutuskan bahwa tanda salib harus dibuat dengan dua jari, tetapi juga mengutuk siapa pun yang tidak melakukan tanda salib dengan cara ini!

Kanon 31 dari Konsili Stoglav berbunyi sebagai berikut: "Tanda salib harus dilakukan sesuai dengan aturan, dalam bentuk salib, dan tangan kanan, yaitu, tangan dextral, harus digunakan di persimpangan diri sendiri, dengan ibu jari dan dua jari yang lebih rendah bergabung bersama, dan jari telunjuk diperpanjang bergabung ke jari tengah, sedikit membungkuk, dengan demikian harus para imam memberikan berkat-berkat mereka. Ini juga berlaku untuk semua orang Kristen Orthodox untuk mempertahankan posisi tangan mereka demikian, dan membuat tanda salib pada wajah mereka dengan dua jari, dan membungkuk, seperti yang kita katakan sebelumnya, Jika ada yang gagal untuk memberikan berkat-Nya dengan dua jari seperti yang Kristus lakukan, atau jika  mereka gagal untuk membuat tanda dari salib dengan dua jari maka mereka kemungkinan terkutuk."

Pada tahun 1569, seorang Paus keturunan Frank dari Barat menghapuskan penggunaan tiga jari di Barat, dan memerintahkan tanda salib harus dibuat dengan lima jari, dan dari kiri ke kanan, bukan kanan ke kiri.  Namun, praktik ini tidak diperkenalkan di Timur, baik di kalangan Orthodox, maupun Nestorian.

Pada 1589, Patriark Ekumenis Jeremias II Tranus mengunjungi Rusia dan mengangkat Metropolitan Moskow ke peringkat setaraf dengan Patriarkh.  Gereja-gereja Yunani dan Rusia dengan demikian mempertahankan persatuan mereka tanpa gagal, terlepas dari fakta bahwa orang-orang Yunani membuat tanda salib dengan tiga jari, sementara Rusia berhasil mempertahankan tradisi dua jarinya.

Pada 1654, Patriarkh Moskow, Patriarkh Nikon, setelah mengunjungi Kekaisaran Ottoman, memahami bahwa praktek Gereja Rusia berbeda dengan Gereja Yunani, Georgia, Rumania, Bulgaria dan Serbia.  Karena itu ia membentuk sebuah Dewan, dengan persetujuan Tsar, di mana ia meminta revisi harus dilakukan untuk teks-teks liturgis, serta agar Gereja Rusia mengadopsi praktek menggunakan tiga jari untuk membuat tanda salib.

Dan Akhirnya, The Rudder Kudus (kanon Kudus) St Nikodemus Gunung Athos menginformasikan kepada kita dalam catatan kaki 2 kanon 91 St. Basilius Agung (Rudder, halaman 645 dalam edisi Yunani, dan halaman 857 dalam versi bahasa Inggris): "Kebiasaan awali Kristen digunakan untuk membuat tanda Salib dengan konfigurasi yang berbeda dari tangan, yang mengatakan, lebih eksplisit berbicara, dengan hanya dua jari tangan, yaitu jari telunjuk dan jari tengah, seperti St Petrus Damaskus menginformasikan kepada kita (halaman 642 dari Philocalia), di mana dia mengatakan bahwa tangan secara keseluruhan menandakan substansi tunggal Kristus, sementara dua jari menandakan dua kodrat-Nya. Tapi sekarang kebiasaan yang berlaku untuk semua orang Kristen adalah dua jari itu disatukan dengan ibu jari, dan dengan ketiganya yang bersama-sama pertanda Tritunggal Maha Kudus ... "(OCES, Rudder itu," The 92 Kanon St Basil yang Agung, "Canon 91, catatan kaki 2)

Galatia 6 : 14 
Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.

2 Korintus 11 : 21 - 22 
Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita.



Sumber : Orthodoxwiki

1 komentar:

  1. Apakah tanda salib diajarkan Yesus, para rasul atau dimulai oleh Bapa Gereja sepert8 Tertulianus ?
    Mengapa harus sampai terjadi pengutukan terhadap orang yang berbeda dalam membuat tanda salib padahal semuanya sebagai pernyataan Tritunggal

    BalasHapus