Kamis, 05 September 2013

DITENTUKAN DARI SEMULA ?? MELIHAT KEKELIRUAN AJARAN CALVIN (CALVINIST)


Oleh :  Arkhimandrit Rm. Daniel Bambang Byantoro

a. Penyelenggaraan/Pemeliharaan Allah

Untuk tahap awal mari kita pelajari mengenai Penyelenggaraan / Pemeliharaan Allah
Rancangan Allah untuk mencipta itu akhirnya dilaksanakan Allah melalui FirmanNya yang juga disebut AnakNya, yang menjadikan alam semesta ini dari yang tidak ada menjadi ada, sebagaimana dikatakan :” ….alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.” ( Ibrani 11:3).

Juga :” Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah….Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 11:3).

Serta :”:….. Anak-Nya, ….. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. “ (Ibrani 1:2).

Dan yang telah penting adalah Kejadian 1:1, 3 “ Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi…..ber-Firman-lah Allah :” Jadilah…..lalu….jadi” (Kejadian 1:3, 6, 9, 11,14,20, 24).
Juga oleh karya RohNya yang juga disebut NafasNya yang melayang-layang ( bahasa asli “merakhephet” = ”mengeram”, seperti induk unggas mengerami telur agar telur itu menetas memiliki kehidupan) –Kej.1:2 – itu Allah memberikan kehidupan kepada ciptaan yang dijadikan oleh FirmanNya itu.

Sehingga Kitab Suci mengatakan :” Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.” (Mazmur 33:6). Yang disebut sebagai “segala tentaranya”, yaitu segala tentara langit, itu bisa berarti para malaikat , karena langit dalam bahasa Ibrani “shamayim”, bisa juga berarti “sorga”, tetapi bisa juga berarti bintang-bintang dan planet-planet.

Demikian juga dalam Ayub 33:6, dikatakan :” Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Mahakuasa membuat aku hidup.” Jadi “Firman” dan “Nafas/Roh” Allah itulah sarana Allah menjadikan dan memberi kehidupan kepada alam-semesta ini.

Allah menyelesaikan karya penciptaan itu selama 6 hari, meskipun kalau itu tak harus berarti 6 x 24 jam, sebab adanya waktu itu tergantung pada adanya matahari yang terbenam dan terbit, akibat dari perputaran bumi sekitar matahari itu. Padahal matahari baru diciptakan pada hari keempat ( Kejadian 1:14-19). Berarti hari sebelum hari keempat penciptaan, itu berbeda dengan hari yang kita kenal sekarang, mungkin saja waktunya ribuan atau bahkan jutaan tahun. Jadi “hari” ini bisa juga kita mengerti sebagai “periode” atau “tahap-tahap”. Dan mungkin 6 “hari” yang dimaksud ini maknanya 6 “periode”, yang waktunya kita tak tahu berapa lama setiap periodenya.

Setelah Allah menyelesaikan ciptaan itu, selanjutnya dalam Kitab Kejadian 2: 1-3 dikatakan demikian, :”Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.

Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.”. Allah “berhenti dari segala pekerjaan penciptaan” itu tak berarti bahwa Allah itu dapat mengalami lelah yang memerlukan istirahat. Karena Alkitab mengatakan :”Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur, Penjaga Israel” (Mazmur 121:4). Allah tidak pernah terlelap dan tidak pernah tidur, berarti Ia tak bisa lelah dan mengantuk, oleh karena itu tak memerlukan istirahat. Tetapi yang dimaksud dengan ungkapan “berhenti dari segala pekerjaan” itu adalah bahwa Allah telah berhenti dari karya mencipta, meskipun Ia tak berhenti dalam berkarya, yaitu berkarya untuk menopang alam-semesta itu melalui pemeliharaan dan penyelenggaraannya atas alam ini.

Jadi Pemeliharaan atau Penyelenggaraan Ilahi adalah cara Allah terus bekerja untuk menyelenggarakan proses jalannya alam-semesta ini setelah diciptakan selama 7 hari, sebagaimana dikatakan :” Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5: 17). Karena Allah melalui firmanNya tetap menopang alam-semesta ini:” Ia (yaitu ” Firman Allah/Anak Allah”) adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan “(Ibrani 1:3). Itulah sebabnya ia tetap memberikan matahari, hujan, angin dan segenap proses alamiah sebagai sarana kehidupan atas makhlukNya (Kisah Rasul 14:17) dan dengan demikian memelihara kehidupan makhlukNya.

Sebagaimana dikatakan “Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput. Dia, yang memberi makanan kepada hewan, kepada anak-anak burung gagak yang memanggil-manggil” ( Mazmur 147: 8-9).

Serta :” Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan; di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan.
Engkau yang memberi minum gunung-gunung dari kamar-kamar loteng-Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaan-Mu. Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia. Kenyang pohon-pohon TUHAN, pohon-pohon aras di Libanon yang ditanam-Nya, di mana burung-burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya di pohon-pohon sanobar; gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya. Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan. Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah. Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang.” ( Mazmur 104:10-23).

Dengan demikian HIDUP ITU TIDAK TUNDUK KEPADA NASIB YANG BUTA. namun kepada kehendak Allah yang mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini. Bagi orang ber-iman apapun yang terjadi dalam kehidupan ini Allah ikut bekerja sama untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28).

Jadi Allah yang mengatur sejarah, yang mengatur alam semesta, serta yang memberi rejeki kepada segenap makhluk (Matius 6:26).
Alam semesta ini telah diberikan hukumnya sendiri oleh Allah dan melalui hukum alam itu Allah bekerja mengatur dunia milikNya.

b. Keberdaulatan ALLAH

Namun demikian Allah itu amat BERDAULAT, sewaktu-waktu hukum alam itu dihentikan prosesNya dan Allah mengadakan INTERVENSI atau CAMPUR TANGAN secarta langsung TANPA MELALUI HUKUM ALAM untuk melakukan kehendakNya, jika ini terjadi itulah yang disebut MUKZIZAT.

Jadi Iman Kristen Orthodox mengajarkan bahwa dunia ini bukan sistem yang tertutup, namun sistem yang terbuka, dimana Allah secara langsung ikut bekerja bagi penyelenggaraan dan pemeliharaan atas alam ini, sehingga “seluruh bumi penuh kemuliaanNya” (Yesaya 6:3). Itulah sebabnya kapan saja jika dikehendaki Allah, MUKZIZAT dapat terjadi. Dan karena itu umat Kristen Orthodox percaya akan kuasa doa, karena melalui doa Allah dapat mengubah dan mengatur kehidupan orang-orang yang beriman kepadaNya melalui pemeliharaan dan penyelenggaraan IlahiNya ini.

Dari penjelasan mengenai Pemeliharaan atau Penyelengaraan Ilahi, dan sehubungan dengan kedaulatanNya, maka timbul  PERTANYAAN, yakni  :
“Jika Allah itu berdaulat atas segala maklukNya, bagaimana jika Ia bekerja dengan makhluk yang memiliki kehendak bebas? Apakah kehendak bebas makhluk itu tak berlawanan dengan kedaulatan Allah? Ataukah kehendak bebas makhluk itu lenyap total dibawah kedaulatan Allah yang mutlak? Bagaimana menyangkut masalah adanya orang yang percaya dan diselamatkan, dan ada orang yang tidak percaya yang akan menemui kebinasaan?. Apakah ini Allah yang menentukan sesuai dengan kedaulatanNya sejak kekal (“takdir/predestinansi”), ataukah ini kehendak bebas manusia, dimana kedaulatan Allah tidak ikut campur?

Untuk itu mari kita bahas dibawah ini.

c. Kekeliruan Ajaran Calvin (Calvinist)

Pertanyaan pertanyaan seputar Kedaulatan Allah inilah yang disalahfahami oleh Calvin yang akhirnya menggiring Calvin dalam doktrinnya yang MENGERIKAN itu dan yang SANGAT TIDAK ALKITABIAH DAN TIDAK RASULIAH ITU.

Mari kita simak sejenak.!

Ketentuan Kekal (Predestinasi/Takdir) Keselamatan
 
Yohanes Calvin seorang tokoh Reformasi Protestan, yang theologianya menjadi landasan dari ajaran beberapa denominasi Protestan, misalnya: GKI, Reformed Injili, sebagian Gereja-Gereja Baptis, GPIB, Gereja Pasundan, Gereja Protestan Bali, GKJ, GKJW dan lain-lain, mengajarkan tentang adanya “dobel predestinasi” atau “takdir ganda”. Artinya adalah demikian bahwa karena Allah itu Maha Kuasa, maka Ia itu berdaulat mutlak untuk melakukan apapun yang dikehendakiNya. Jadi dalam hal keselamatan manusia Ia bebas untuk memilih manusia tanpa syarat apapun sejak kekal untuk diselamatkan serta menerima hidup kekal, namun Ia juga bebas memilih manusia tanpa alasan apapun untuk ditetapkan masuk neraka dan menerima hukuman kekal, tanpa memperhitungkan kehendak manusia itu.

Dasar dari pemikiran calvinist ini adalah  adalah kesalahfahaman terhadap apa yang tertulis dalam Efesus 1:4-5, demikian “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, “. Dalam ayat-ayat ini dikatakan bahwa “Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan” serta “Ia telah menentukan kita dari semula” agar kita “kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” yaitu “untuk menjadi anak-anak-Nya” artinya untuk kita diselamatkan dan menerima hidup kekal. Dan ini terjadi semata-mata karena “kerelaan kehendak-Nya” tanpa persyaratan apapun dipihak manusia dan tanpa keputusan kehendak bebasnya. Inilah yang dalam theologia Calvinisme disebut “PEMILIHAN TANPA SYARAT” (“UNCONDITIONAL ELECTION”) dan “PENENTUAN DARI SEMULA” atau “PREDISTINASI”.

Jika manusia diselamatkan landasan dan penyebabnya hanya karena semata-mata Allah yang memilih dan menentukan sejak semula sebelum dunia dijadikan tanpa persyaratan apapun, berarti ini terjadi semata-mata karena ke-Maha-Kuasaan dan Kedaulatan Allah yang mutlak.
Jika demikian maka berdasarkan ke Maha-Kuasaan serta Kedaulatan Ilahi mutlak yang sama ini, ada juga manusia yang sejak sebelum dunia diciptakan telah dipilih dan ditentukan dari semula oleh Allah untuk tidak menerima hidup kekal, sehingga mengalami siksa kekal dalam neraka, tanpa alasan dan tanpa persyaratan apapun, karena Allah itu Maha Berdaulat. Inilah bentuk sederhana dari ajaran “DOBLE PREDISTINASI” atau “TAKDIR GANDA “ ini.

Selanjutnya berkaitan dengan kedaulatan Allah yang mutlak ini, theologia Calvinisme juga mengajarkan bahwa manusia diselamatan melalui pemilihan dan takdir yang tanpa syarat ini, karena manusia pada dirinya tak dapat dan tak mampu menyelamatkan dirinya sendiri, karena setelah jatuh kedalam dosa manusia tak memiliki kehendak bebasnya sendiri, sebab manusia telah mengalami “BEJAT TOTAL” (“TOTAL DEPRAVITY”) sehingga tak ada satupun perbuatan baiknya yang memperkenankan Allah, dan kehendak bebasnya telah hilang dan tak mampu untuk memilih untuk beriman kepada Allah.
Oleh karena itu hanya melalui kasih-karunia/rahmat/anugerah “PEMILIHAN DAN PENENTUAN DARI SEMULA” yang tanpa syarat itu saja manusia dapat diselamatkan lepas dari kebinasaan abadi dalam neraka.

Karena karya keselamatan yaitu ”pendamaian dengan Allah” itu dilaksanakan di dalam Yesus Kristus, dan yang diselamatkan itu hanya orang-orang yang telah dipilih dan ditentukan sejak semula sebelum dunia dijadikan itu saja. Ini berarti bahwa “PENDAMAIAN” atau “PENEBUSAN” yang ada di dalam Kristus itu Dalam Doktrin Calvinist ini MENJADI “TERBATAS” (“LIMITED ATONEMENT”) bagi orang-orang pilihan itu saja, bukan bagi segenap manusia.
Bagi mereka yang telah dipilih dan ditentukan sejak semula untuk diselamatkan ini, ketika panggilan Allah datang pada mereka untuk percaya kepada Kristus, maka mereka pasti akan menerima panggilan kasih-karunia Allah ini TANPA BISA MENOLAK  sama sekali. Karena bagi mereka yang telah dipilih sejak kekal ini kasih-karunia Allah ini bersifat TAK DAPAT DITOLAK, inilah yang disebut “IRRESISTIBLE GRACE” (KASIH KARUNIA / ANUGERAH / RAHMAT YANG TAK DAPAT DITOLAK).

Bukan hanya itu saja, setelah tanpa dapat ditolak mereka ini menerima kasih-karunia Allah, karena mereka memang sudah dipilih dan ditentukan sejak dari semula sebelum dunia dijadikan untuk diselamatkan, maka orang-orang pilihan ataui orang-orang kudus ini akan TETAP BERTAHAN SAMPAI AKHIR DALAM KESELAMATAN ITU dan teori ini disebut sebagai “THE PERSEVERANCE OF THE SAINTS” (“KEBERTAHANAN ORANG ORANG KUDUS”). Artinya mereka yang sudah dipilih dan ditakdirkan ini pasti tak akan dapat kehilangan keselamatan MESKIPUN APAPUN YANG TERJADI. Dari teori Calvinisme yang semacam inilah yang memunculkan slogan ajaran “OSAS (ONCE SAVED ALWAYS SAVED = SEKALI SELAMAT TETAP SELAMAT ” itu.

Teori Calvinisme ini dikalangan para theologiawan sering diringkas dengan kata “TULIP”, yang merupakan singakatan dari kata “T” (Total Depravity = Bejat Total), “U” ( Unconditional Election = Pilihan Tanpa Syarat), “L” (Limited Atonement = Pendamaian yang Terbatas), “I” ( Irresistable Grace = Kasih-Karunia/Rahmat/Anugerah yang tak dapat ditolak), dan “P” (Perseverance of the Saints = Kebertahanan Orang-Orang Kudus).

d. Melihat lebih dalam kekeliruan ajaran calvin

Ajaran semacam itu tak pernah dikenal dalam Gereja Mula mula sejak jaman purba sampai kini, oleh karena itu tidak bisa diterima oleh Iman Kristen Orthodox. Ajaran ini adalah suatu INOVASI BARU  yang muncul sejak jaman Reformasi Protestan abad ke 16 Masehi DITUBUH GEREJA BARAT yang menurut mereka dilandaskan pada theologia Santo Agustinus dari Gereja Barat, MESKIPUN AGUSTINUS TIDAKLAH MENGAJAR SEDEMIKIAN, melainkan merekalah yang mengembangkan sedmikian rupa, dan tentu TIDAK BERASAL DARI JAMAN PARA RASUL yang tetap dipelihara dan diajarkan oleh Gereja Timur sampai kini sebagaimana yang diajarkan oleh Bapa-Bapa Gereja dari Gereja Timur.

Adapun Kekeliruan kekeliruan ajaran “TULIP” nya Calvinisme ini adalah sebagai berikut :

1) Ajaran ini menekankan SALAH SATU SIFAT ALLAH SAJA, yaitu Ke-MahakuasaanNya SEBEGITU EKSTRIM seolah-olah Hanya Kedaulatan Allah itu SATU SATUNYA SIFAT ALLAH YANG ADA, tanpa terkait dengan SIFAT SIFAT ALLAH LAINNYA.

Padahal Semua sifat Sifat Allah itu harus dimengerti secara selaras dan berkaitan antara Sifat yang satu (dalam hal ini keberdaulatan) dengan sifat-sifat Allah lainya, terutama sifat Kasih.
Sehingga dari segi ajaran Calvin ini TELAH MENGGAMBARKAN ALLAH sebagai ALLAH YANG TIDAK ADIL,  bahwa Allah secara tidak adil dan tanpa kasih memilih dan menentukan sebagian manusia sejak sebelum dunia dijadikan untuk masuk kedalam neraka TANPA ALASAN YANG JELAS, kecuali hanya karena KEDAULATAN-NYA YANG MUTLAK SAJA.

2) Jika Allah yang menciptakan makhlukNya sendiri tujuannya adalah hanya untuk dihukum secara kekal –seperti yang diajarkan oleh theologia ini -- bukanlah itu menuduh Allah sebagai bukan Allah yang Maha Kasih ataupun Maha Adil? Jika itu benar maka gambaran Allah semacam ini akan lebih menyerupai Monster daripada Allah yang adalah Kasih itu. Dan jika ajaran ini diterima maka ini membuat Allah itu menjadi KEJAM, BENGIS dan TAK PUNYA BELASA KASIHAN.

3) Dalam ajaran ini demi untuk menekankan sifat Ke-Mahakuasa-anNya atau Kedaulatan MutlakNya itu maka sifat KASIH ALLAH itu diletakkan dibawah SIFAT KEDAULATAN MUTLAK ALLAH. Sehingga menurut ajaran ini muncul teori bahwa kasih Allah itu, sebagaimana kasih manusia, berbeda-beda dalam bentuk pelaksanaannya. Memang Allah mengasihi semua manusia, kata teori ajaran dari theologia ini, namun berbeda-beda dalam cara manifestasinya. Namun yang perlu mereka renungkan adalah adalah apapun perbedaan bentuk dari manifestasi kasih Allah itu, jika menciptakan makhluk hanya untuk dihukum secara kekal tanpa ada kesalahan apapun dari pihak makhluk itu sama sekali bukan MANIFESTASI KASIH, dan juga bukan MANIFESTASI KEADILAN. Memang kedaulatan Allah dapat melakukan semuanya itu, namun itu bertentangan dengan sifat Kasih dan Adilnya yang juga adalah SIFAT ALLAH.

4) Adalah merupakan sesuatu yang terbalik menekankan KEDAULATAN ALLAH sebagai kriteria untuk memahami sikap Allah terhadap ciptaanNya terutama manusia, melebihi penekanan pada SIFAT KASIH-NYA. Karena Alkitab mengatakan bahwa “Kasih” adalah sifat Essensi Allah, sehingga dikatakan oleh Alkitab “Allah adalah Kasih” (I Yohanes 4: 8,16) sementara tidak ada dalam Alkitab yang mengatakan “Allah adalah Kedaulatan”. Juga telah kita lihat bahwa alam-semesta ini diciptakan Allah melalui Ke-Maha-Kuasan-Nya akibat dari KASIH ALLAH  yang bersifat menjangkau keluar dari diriNya, sehingga Kasih itu menjadi landasan adanya ciptaan, sedangkan Kuasa atau Kedaulatan untuk menjadikan segala sesuatu adalah sarana dimana kehendak sifat Kasih itu direalisasikan. Dan inilah yang dikatakan Alkitab:”Dalam Kasih Ia telah menentukan kita dari semula….” ( Efesus 1:5)

5) Iman Orthodox adalah Iman yang melandaskan ajarannya pada Pribadi Yesus ( I Korintus 3:11) , Kristus, sehingga segala sesuatu harus dilihat menurut kacamata Yesus Kristus, termasuk PEMILIHAN MANUSIA. Sehingga titik berangkatnya dalam melihat keselamatan manusia juga Pribadi Yesus Kristus ini, bukan pada yang lain, termasuk bukan pula pada SIFAT Kedaulatan ALLAH. SIFAT Kedaulatan Allah harus dilihat dari kacamata Yesus Kristus, dan ketika melihat Yesus Kristus yang ada hanyalah Kasih Allah, sebab sejak kekal hubungan Allah dan FirmanNya adalah Hubungan Kasih, BUKAN HUBUNGAN KEDAULATAN. Menurut I Petrus 1:20 dikatakan oleh Alkitab demikian:” Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.”. Ini bermakna bahwa yang dipilih Allah sejak “sebelum dunia dijadikan” itu adalah Yesus Kristus, ketika masih berwujud Firman yang belum menjadi manusia.

Karena Alkitab mengatakan bahwa Bapa “telah mengasihi Aku (Yesus Kristus/Firman) sebelum dunia dijadikan.” ( Yohanes 17:24), sebab Dia adalah yang ada :” pada-Mu (pada Allah) sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” ( Yohanes 17:5). Jadi yang ada DIHADIRAT ALLAH secara kongkrit, yang dikasihi Allah secara kongkrit, sehingga dipilih Allah, SEJAK SEBELUM DUNIA DIJADIKAN DAN SEBELUM DUNIA ADA itu adalah “Yesus Kristus”, jadi bukan MANUSIA pada dirinya sendiri, karena secara kongkrit manusia belum ada saat itu, meskipun Allah dalam ke-Maha-Tahu-anNya telah melihat semua manusia yang akan diciptakan di dunia ini dalam “hikmat”Nya, sejak kekal, akibat kasihNya akan FirmanNya sendiri, seperti yang telah kita bahas diatas.

Juga dalam Wahyu 13:8 kita baca demikian:” Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.” Jika ayat ini kita baca sesuai dengan terjemahan LAI ini, maka implikasinya seolah adalah bahwa “sejak dunia dijadikan” memang ada orang yang “namanya tidak tertulis…. di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba” , padahal menurut Wahyu 20:15, dikatakan “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu“. Sehingga terjemahan LAI ini seolah bermakna bahwa memang ada manusia-manusia yang dari kekal sudah akan “dilemparkan ke dalam lautan api itu”. Sehingga kesimpulannya adalah bahwa memang sejak kekal ada orang-orang yang ditakdirkan masuk neraka. Suatu pengajaran yang mengerikan, dan tak dapat diterima akal sehat memang, jika kita percaya akan Allah yang adalah “Kasih” itu.

Namun jika kita melihat ke dalam bahasa aslinya, situasinya akan jadi lain, mari kita baca dalam bunyi bahasa aslinya :” kai proskyneesousin auton (= dan mereka akan menyembah dia) pantes (= semua) oi katoikountes (= mereka yang bermukim) epi tees ghees (= diatas bumi) ou ou gegraptai (= yang tidak tertulis) to onoma autou (= namanya) en too biblioo ( = di dalam kitab) tees zooees (= daripada kehidupan) tou arniou (= -Nya anak domba) tou ephaghmenou (= yang telah disembelih) apo katabolees kosmou (= sejak landasan dunia)”. Menurut bunyi bahasa aslinya “apo katabolees kosmou (= sejak landasan dunia)” ini bukan dikaitkan dengan “ou ou gegraptai (= yang tidak tertulis)”, sehingga berbunyi “ou ou gegraptai (= yang tidak tertulis) ……” apo katabolees kosmou (= sejak landasan dunia)”, seperti yang dilakukan dalam terjemahan LAI itu, namun kata “apo katabolees kosmou (= sejak landasan dunia)” itu dikaitkan dengan kata “tou ephaghmenou (= yang telah disembelih)”, sehingga kesimpulannya adalah bahwa “Anak Domba itu, yang telah disembelih sejak landasan dunia”, bukannya nama orang-orang itu yang “tidak tertulis di dalam Kitab kehidupan Anak Domba sejak landasan dunia”.

Dengan demikian TAKDIR MASUK NERAKA itu tak terimplikasi dalam ayat ini, namun pilihan Anak Domba sebagai korban penebusan bagi manusia yang telah ditetapkan Allah sejak kekal itulah yang dimaksudkan. Dengan demikian memang yang dipilih Allah sejak kekal adalah Yesus Kristus, yang sudah ditetapkan sebagai Anak Domba yang tersembelih , sejak kekal, dalam ke-Maha-Tahu-an Allah, meskipun secara realita baru dinyatakan setelah Dia datang ke dalam dunia menjadi manusia.

Karena di mata Allah sejak kekal, Yesus Kristus telah dipilih dan ditetapkan sebagai Anak Domba Allah yang tersembelih inilah, maka di dalam Yesus Kristus itu “maksud dan kasih-karuniaNya “ itu “dikaruniakan kepada kita”, sejak “sebelum permulaan zaman”. Dan dengan kasih karunia yang ada di dalam Pribadi Yesus inilah, dan bukan berdasarkan perbuatan kita, maka Allah menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus. Hal ini dikatakan Alkitab demikian ” Dialah ( Allah) yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman” (II Tim.1:9). Namun apa yang sudah ada dalam Yesus Kristus sejak “sebelum permulaan zaman” ini, baru “sekarang ( artinya : saat kedatangan Kristus) dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus” , yang merealisasikan apa yang sejak kekal ditetapkan Allah dalam Diri Firman itu, dengan jalan “mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.” (II Timotius 1:10), melalui kematianNya diatas Salib, sebagai Anak Domba yang tersembelih (I Korintus 5:7b), dan melalui kebangkitanNya yang jaya yang mengalahkan maut dan menyatakan hidup yang tak dapat binasa dalam tubuhNya yang bangkit dan dimuliakan itu.

Dengan demikian barangsiapa oleh iman manunggal/menyatu dengan Kristus maka dia ikut ambil bagian dalam “keterpilihan” Kristus sejak sebelum dunia dijadikan itu. Itulah sebabnya dikatakan :” di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan” ( Efesus 1:4). Artinya pemilihan itu terjadinya “DI DALAM DIA”, yaitu di dalam Kristus, yaitu di dalam panunggalan kita dengan Kristus, bukan di dalam diri individu manusia secara perorangan, karena Dialah yang telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan.Sehingga jika kita manunggal dengan Kristus oleh Iman, kita ikut ambil bagian dalam keterpilihan Kristus yang sejak “sebelum dunia dijadikan “ itu. Selanjutnya dikatakan “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus” (Efesus 1:5). Menurut ayat ini, Allah “menentukan kita dari semula” (“predestinasi”/ “takdir”), itu “Dalam kasih” , dengan demikian bukan “kedaulatanNya” yang menjadi landasan Ia “menentukan kita dari semula” namun KasihNya.

Kasih yang mana? Kasih yang telah terjadi “oleh Yesus Kristus”, yaitu hubungan kasih antara Allah dan Kristus sejak kekal yang dikatakan Kristus sendiri sebagai “ Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.” ( Yohanes 17:24) itu. Padahal diatas sudah kita pelajari, bahwa justru karena kasih yang ada antara Allah dan FirmanNya di dalam RohNya itu yang menjadi landasan adanyta ciptaan, dengan tujuan agar Allah boleh mengaruniakan kasihNya, yaitu hidupNya sendiri itu kepada ciptaanNya. Oleh karena itu jika kita telah DITENTUKAN DARI SEMULA OLEH ALLAH DALAM KASIH, maka TAK MUNGKINLAH KASIH itu juga sekaligus MENENTUKAN MANUSIA MASUK NERAKA.

Jika ada orang masuk neraka itu adalah pilihannya sendiri karena menolak Kasih Allah itu dan karena mengikuti jejak Iblis dan para malaikatnya. Maknanya bahwa takdir, atau kodrat, yang ditetapkan Allah bagi manusia waktu Allah menciptakan manusia “ dalam Dia” dan “ dalam kasih…oleh Yesus Kristus” itu adalah agar manusia itu “ kudus dan tak bercacat di hadapanNya” (Efesus 1:4) padahal satu-satunya yang kudus tanpa cacat itu adalah Allah, jadi manusia dikodratkan untuk menjadi “seperti Allah” dalam kekudusan, yaitu mencapai “Theosis”..
Dan yang menerima kodrat penetapan Allah sejak semula ini hanyalah mereka yang mau beriman dan manunggal kepada Kristus, yaitu Gereja, sehingga Gereja atau Jemaat itulah yang akan ditempatkan Allah dalam keadaan “kudus dan tak bercela” ( Efesus 5:27). Juga tujuan dari penetapan dari semula dalam kasih ini adalah “untuk menjadi anak-anakNya”, artinya supaya “ikut ambil bagian dalam kodrat Ilahi” ( II Petrus 1:4), yaitu mengalami pemuliaan dalam kemuliaan Ilahi, atau “Theosis”.

Dengan demikian SATU SATUNYA TAKDIR YANG DITETAPKAN ALLAH BAGI MANUSIA adalah AGAR SEGENAP MANUSIA ITU MENCAPAI THEOSIS,  jika maereka mau mendengar panggilan untuk masuk kedalam panggilan takdir dan kodrat mereka itu oleh iman . Karena semua manusia diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah (Kejadian 1:26-27), dan panggilan mereka adalah untuk mencapai “Rupa Allah” ini melalui kemuliaan yang diterimanya dalam Kristus ( Yohanes 17:22, Kolose 3:4) sehingga “menjadi sama seperti Dia” ( I Yohahnes 3:2).

e. Satu lagi yang sangat perlu untuk tidak dilewatkan : “ Ditentukan Untuk binasa???

Satu lagi yang perlu kita lihat yang tidak boleh dilewatkan, adalah kesalahan calvin (calvinist) dalam menafsirkan kitab suci dari Yohanes 17 : 12.

Istilah “ditentukan sejak semula untuk binasa” dalam bahasa Indonesia itu dikembangkan oleh calvinist diambil dari terjemahan Yohanes 17:12: “dia yang telah ditentukan untuk binasa”, yang bunyi lengkapnya adalah demikian:” Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada DIA YANG DITENTUKAN UNTUK BINASA, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci” (Yohanes 17:12).

Terjemahan ini sebenarnya kurang tepat. Jika merujuk kepada bahasa aslinya, maka kata “dia yang telah ditentukan untuk binasa,” itu tidak ada, yang ada adalah “ho hyios tees apooleias” = si anak kebinasaan.

Tetapi mari kita tidak hanya melihat ayatya baik terjemahan ataupun aslinya melainkan KONTEKSNYA.

KONTEKS AYAT ini adalah doa Sang Kristus bagi para rasulNya dan bagi orang-orang yang akan menjadi percaya melalui pemberitaan para rasulNya itu. Dalam ayat yang kita kutip itu Sang Kristus mengatakan kepada Sang Bapa bahwa Beliau memelihara dan menjaga para muridNya sehingga karena pemeliharaan dan penjagaan Beliau itu “tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa” dengan perkeculiaan yaitu “selain dari pada“ho hyios tees apooleias” = si anak kebinasaan”.

Dan sebutan “anak kebinasaan” ini ternyata juga digunakan bagi “Anti-Kristus” (II Tesalonika 2:3), yang dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “manusia durhaka”. Jadi satu kata yang sama “ho hyios tees apooleias” diterjemahkan dengan dua kata yang angat berbeda sekali maknanya satu sama lain, yaitu “telah ditentukan untuk binasa “ ( Yohanes 17:12) dan “manusia durhaka, yang harus binasa,” (II Tesalonika 2: 3).

Sesuai konteksnya, Si anak kebinasaan dalam Yohanes 17:12 ini adalah jelas MENUNJUK kepada Yudas Iskariot. Jadi kata “ho hyios tees apooleias” = si anak kebinasaan”ini sama sekali TAK MENUNJUK KONSEP  “TELAH DITENTUKAN UNTUK BINASA”, namun dalam ke-Maha-Tahu-anNya Sang Logos menyatakan kepada Sang Bapa bahwa meskipun Dia telah memelihara dan menjaga para rasulNya agar ““tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa” tetapi ternyata untuk “si anak kebinasaan (YUDAS ISKARIOT)” itu pilihannya memang sudah kepada kebinasaan tersebut.

Pilihan yang mana telah kita lihat diatas dalam hal apa yang dilakukan oleh Yudas Iskariot itu. Apa artinya Yudas Iskariot disebut sebagai anak kebinasaan? Artinya Yudas Iskariot MENGIKUTI PERBUATAN KEBINASAAN, sebagaimana “ANAK IBLIS” adalah orang yang MENGIKUTI PERBUATAN IBLIS. Seperti yang dikatakan Kitab Suci demikian:” anak Iblis, …. penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, … musuh segala kebenaran, tidak.. akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan “ ( Kisah 13:10), serta “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu” (Yohanes 8:44). Sedangkan sebaliknya mereka yang mengikuti pimpinan Roh Allah, disebut sebagai anak-anak Allah, sebagaimana tertulis :”Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” (Roma 8:14).

Jika kita kembali melihat kata “si anak kebinasaan” yang diterjemahkan sebagai “manusia durhaka, yang harus binasa” bagi Anti-Kristus dalam II Tesalonika 2:3 itu, maka kita dapat mengerti apa artinya sebutan “SI ANAK KEBINASAAN” bagi Yudas Iskariot itu.
Dalam II Tesalonika 2:3b-4a, “si anak kebinasaan” yaitu Anti-Kristus itu disebut sebagai “ manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri” serta :”Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis “ atau “ou estin hee parousia kat’ energheian tou Satana “ = yang mana panampakannya menurut energi (daya-kuasa)-nya Satan/Iblis” ( II Tesalonika 2:9).

Dengan mengkaitkan sebutan Anti-Kristus sebagai “si anak kebinasan” dengan keberadaannya sebagai lawan yang meninggikan diri yang penampakannya menurut kekuatan atau daya-kuasa Iblis, maka kita dapat melihat paralel antara Anti-Kristus dan Yudas Iskariot, sehingga kita dapat mengerti apa arti Yudas Iskariot dikatakan sebagai “ si anak kebinasaan” itu.

Yudas disebut sebagai “si anak kebinasaan” karena memang adalah lawan, yang melawan Kristus dengan mengkhianati dan menjualnya. Yudas meninggikan diri, karena diperingatkan berulang-ulang oleh Sang Kristus tetapi tidak mau bertobat. Yudas jelas disebut sebagai Iblis dan dirasuk oleh Iblis, sehingga penampakan perwatakannya itu betul-betul menurut daya kuasa Iblis yang menguasai dirinya. Karena Iblis itu penguasa maut ( Ibrani 2:14), yang akan binasa dalam api yang kekal (Matius 25:41), maka Yudas dengan mentaati Iblis dan menyerahkan kehendak bebasnya kepada kemauan Iblis, maka ia menjadi anak iblis, dan anak kebinasaan sekaligus.

Yudas menjadi BINASA BUKAN KARENA DITAKDIR, namun KARENA PILIHAN YANG SALAH.
Hanya saja PILIHAN YANG SALAH ini sudah DIKETAHUI OLEH ALLAH SEBELUMNYA, namun Allah memang TIDAK MENCEGAHNYA sebab KALAU DICEGAH berarti KEHENDAK BEBASnya HILANG.
Hanya saja Allah masih MENYAYANGKAN YUDAS dengan beberapa kali Yudas diberi peringatan oleh Sang Kristus, namun Yudas betul-betul menggunakan KEHENDAK BEBASnya SECARA SESAT, sehingga Iblis yang menguasai kehendaknya itu.

Jadi Yohanes 17:21 sama sekali TIDAK BERBICARA TENTANG AJARAN TAKDIR MASUK NERAKA (DITENTUKAN UNTUK BINASA SEJAK SEMULA), yang telah ditetapkan oleh Allah dari semula bagi seseorang. Dengan demikian Allah TIDAK PERNAH MENTAKDIRKAN MANUSIA UNTUK BINASA. Kebinasaan adalah AKIBAT PILIHAN YANG SALAH dari MANUSIA itu sendiri.
6) Alkitab mengajarkan bahwa “Allah adalah Terang” ( I Yohanes 1:5), namun juga “Allah adalah Api Yang Menghanguskan” ( Ibrani 12:29). Allah adalah terang bagi mereka yang beriman kepada Kristus dan diselamatkan, sehingga mereka ikut menyatu dengan terang Allah, yaitu manunggal dalam kemuliaan Allah didalam Kristus (Kolose 3:4), dan mereka akan ikut menjadi makhluk terang karena mereka “akan bersinar seperti matahari dalam Kerajaan Bapa” ( Matius 13:43).

Namun Terang yang sama ini akan menjadi Api Yang Membakar bagi manusia berdosa yang tidak percaya dan tidak mau bertobat, sehingga bagi mereka Allah itu menjadi “Api Yang Menghanguskan”. Mereka yang tidak layak bagi kemuliaan Ilahi di akhir zaman itu nanti, akan diperhadapkan pada Api Ilahi itu, yang akan menyertai Kristus pada saat kedatanganNya ( II Tesalonia 1:7-9), dan menguji perbuatan masing-masing orang ( I Korintus 3: 12-13).
Dan effeknya bagi orang-orang ini adalah mereka menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, karena mereka ini mutu hidupnya seperti “kayu, rumput kering atau jerami” ( I Korintus 3:12) yang memang mudah terbakar, sehingga mereka menerima kerugian. Sehingga “Api Ilahi” yang bagi kaum beriman akan memuliakan mereka  untuk masuk dalam kemuliaan dan yang membuat mereka bersinar-sinar itu, NAMUN bagi orang-orang yang menolak KRISTUS ini menjadi “api yang menghanguskan” ( Ibrani 12:29).

Dengan demikian mereka yang menolak Kristus itu akan menerima kengerian kekal “menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” ( II Tesalonika 1:9) serta masuk “ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” (Matius 25:41). Inilah api neraka itu.
Menurut Matius 25:41 ini neraka itu adalah suatu “api yang kekal”, padahal tiada sesuatu apapun yang kekal KECUALI ALLAH SENDIRI. Ini berarti api ini tak lain adalah “Terang “ Allah atau “Kemuliaan Allah” yang akan menyertai Kedatangan Kristus di akhir zaman yang kita kutip diatas tadi, yaitu Energi Ilahi Yang Tak Tercipta itu sendiri, karena Kristus juga mengatakan: “ … Anak Manusia (= Kristus) datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” ( Markus 13: 26).

Kemuliaan Kristus yang berwujud Terang atau Api menyala-nyala inilah yang bagi mereka yang tak layak menjadi “Api Yang Menghanguskan”, padahal tujuan Terang ini diberikan kepada manusia aslinya adalah untuk memuliakan manusia itu sendiri. Berarti jika api itu sampai menjadi api yang menyiksa, menjadi neraka, itu BUKAN ALLAH YANG MENJADIKANNYA DEMIKIAN, namun ada KESALAHAN DIPIHAK MANUSIANYA.

Jadi NERAKA itu tidak pernah DICIPTAKAN ALLAH, karena NERAKA ITU tak lain adalah “Terang Allah” itu sendiri yang MENJADI API YANG MENGHANGUSKAN KETIKA BERSENTUHAN dengan MAHLUK YANG TAK LAYAK MENERIMANYA, KARENA MEREKA MENOLAK ALLAH, SEHINGGA MEREKA MERASAKAN TERANG ALLAH ITU SEBAGAI API YANG MENGHANGUSKAN.

 Itulah sebabnya dikatakan bahwa API KEKAL ini “telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” . Anak kalimat dari ayat ini menegaskan kepada kita bahwa api yang kekal atau neraka itu tidak disediakan untuk manusia, namun untuk Iblis dan malaikat-malaikatNya. Ini disebabkan karena Iblislah yang pertama kali memberontak terhadap Allah dan terjatuh (Lukas 10:18) bersama-sama malaikat-malaikat yang mengikuti Dia, sehingga mereka berubah menjadi makhluk yang bersifat gelap dan jahat (Efesus 6;12, Yudas 1:6).

Keberadaan yang gelap dan jahat ini menyebabkan mereka menjadi tersiksa ketika bersinggungan dengan Terang Ilahi, sehingga Terang Ilahi itu bagi mereka menjadi “Api Yang Menghanguskan” yaitu “Api Kekal yang Menyiksa”. Demikianlah neraka itu muncul karena pemberontakan makhluk-makhluk, dalam alam malaikat, kepada Allah. Oleh karena itu untuk “Iblis dan malaikat-malaikatnya’ inilah memang neraka itu telah sedia.

Karena itu Allah memang tak menciptakan neraka SECARA KHUSUS BERUPA TEMPAT KHUSUS UNTUK MENYIKSA , sehingga mustahil ia telah mentakdirkan manusia MASUK NERAKA SEJAK KEKAL. Juga karena neraka itu “telah sedia” untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya, berarti memang itu tak pernah disediakan bagi manusia pada saat Allah menciptakan manusia itu.
Manusia masuk neraka hanya kalau mereka mengikuti jalan Iblis dan roh-roh jahatnya, sehingga ikut masuk ke dalam tempat yang memang telah sedia untuk mereka itu. Karena manusia yang demikian itu :” mengikuti jalan dunia ini, karena … mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh (= Iblis) yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka” ( Efesus 2:2).

JADI MEMANG TIDAK ADA PREDISTINASI MANUSIA MASUK NERAKA, LEPAS DARI KEHENDAK BEBASNYA.

Demikian Penjelasan Singkat ini, kiranya saudara saudari sekalian tidak diombang ambingkan lagi oleh pengajaran pengajaran yang tidak Alkitabiah dan yang tidak rasuliah

TUHAN YESUS MEMBERKATI

12 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Jika ingin belajar Teologi secara benar jangan memulai dengan logic, tetapi mulailah dengan kebenaran Alkitab itu sendiri. Jangan tafsirkan ayat-ayat alkitab karena sudah punya praduga dahulu. biarkan Alkitab berbicara tentang dirinya sendiri. Silakan jawab Roma 9:11-23. Kalau mau belajar ajaran Calvin jangan sepotong-potong dan menjawab yang anda kira bisa dijawab saja. Jawab seluruh ayat yang berbicara tentang PREDESTINASI.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beliau dlu sekolah teologi di Sekolah Teologi Calvinis di Korea, salah satu mahasiswa paling kritis di sana, sudah tentu beliau mengetahui seluk beluknya.

      Justru jangan punya praduga salah dulu terhadap beliau, krn beliau sudah memahami calvinis sebelum akhirnya memutuskan menjadi Orthodox..

      Hapus
  3. Maaf...untuk bapak Daniel....bukankah ALLAH ITU MAHA TAU????..bukan sekedar tahu...tapi Maha Tahu

    BalasHapus
  4. KEPADA BAPAK DANIEL CHRIS BYANTORO....APAKAH KEMAHA TAHUAN ALLAH ITU TERBATAS????? KALAU TERBATAS BERARTI GELARNYA CUKUP TAHU...BUKAN MAHA TAHU!!!!

    BalasHapus
  5. SAMA SEPERTI KONSEP SISTEM TRITUNGGAL TIDAK ADA DALAM ERA ZAMAN RASULIAH NAMUN PENGAJARANNYA ADA!!! DAN DIRUMUSKAN ERA SESUDAHNYA....
    NAH...SAMA PENGAJARAN DAN KONSEP DASAR DIZAMAN RASUL SUDAH ADA...NAMUN DIRUMUSKAN KEMBALI OLEH JHON CALVIN....MAAF SATA BUKAN PENDETA SAYA JEMAAT AWAM

    BalasHapus
  6. Apa bedanya Tahu dengan MAHA TAHU???

    BalasHapus
  7. Sumber kekacauan dari teori predestinasi Calvin adalah adanya pengabaian terhadap potensi kehendak bebas/free will pada manusia sejak Adam dan Hawa diciptakan. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah tetapi tetap dengan kehendak bebas karena jika tidak demikian maka Allah sedang menciptakan robot yang sudah diprogram terlebih dahulu. Jika itu yang terjadi (menciptakan robot) maka apa gunanya penebusan dan berbagai ajaran kitab suci lagi ?
    Itu bukti pertama. Bukti yang kedua adalah keberadaan pohon pengetahuan yang dilarang dimakan oleh Allah. Jika manusia adalah robot yang sudah diprogram sedemikian rupa apa gunanya lagi pohon yang buahnya terlarang bagi manusia itu ?
    Kesimpulannya kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa tentu bukan karena sudah dipredestinasi sejak semula tetapi karena adanya potensi memilih sikap untuk mmberontak kepada Allah melalui bujukan iblis terhadap kehendak bebas yang ada pada mereka.
    Allah ingin mendapatkan ciptaan yang kudus dan mulia sebagaimana adanya ketika pertama kali diciptakan meskipun dengan resiko ketidakpatuhan, tetapi bukan sejumlah mainan robot.

    Pertanyaan selanjutnya yang mungkin diajukan adalah : "Apakah Allah tahu bahwa manusia ciptaanNYA itu akan melanggar perintahNYA ? " Jawabnya " Ya, Allah tahu karena Dia adalah Allah Yang Maha Tahu, tidak ada kemungkinan jawaban lain ".

    Karena adanya keMaha Tahuan Allah itulah maka Kristus dipilih sebelum manusia diciptakan bahkan sebelum dunia diciptakan sebagaimana dikatakan di dalam I Petrus 1:20 dikatakan :” Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.". Bahkan, menurut Arkhimandrit Rm Daniel Byantoro di atas, di dalam teks asli Wahyu 13:8 Yesus Kristu sudah ditetapkan sebagai Anak Domba yang tersembelih , sejak kekal, dalam ke-Maha-Tahu-an Allah, meskipun secara realita baru dinyatakan setelah Dia datang ke dalam dunia menjadi manusia.

    Maka siapapun, di masa sekarang ini, dengan kehendak bebasnya memilih Kristus sebagai Juru Selamat akan otomatis menjadi orang yang terpilih sejak semula di dalam Yesus dan berhak atas kodrat Ilahi sebagaimana yang diajarkan oleh Romo Daniel Byantoro di atas.

    Pemilihan Kristus yang berdasarkan ke Maha Tahuan Allah sejak kekal inilah yang disebut sebagai Hikmat atau Kebijaksanaan Allah sebagaimana tertulis di dalam Amsal 8:22-31. Hikmat adalah kebijaksanaan Allah memilih Kristus sejak semula agar siapa yang mau percaya kepadaNYA akan dilayakkan dan dipulihkan kembali dari kejatuhan dosa. Itulah sebabnya Yesus berkata "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku".

    Terima kasih atas pengajaran Romo Daniel Byantoro. Kiranya bapak diberkati selalu oleh Allah Tritunggal agar bisa memberkati semua orang. Amin

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Saya ingin mengajak pembaca memikirkan makna kata "tahu" atau "mahatahu".
    Pernahkah disadari bahwa ketika manusia mengatakan dia tahu, maka dibalik pernyataan itu sebenarnya sedang mewakili beberapa kondisi pada diri manusia. Berikut kondisi yang diwakili:
    1. Ada perubahan kondisi pada diri manusia, dari sebelumnya dia tidak tahu menjadi tahu.
    2. Kondisi dari tidak tahu menjadi tahu, menunjukkan ada perubahan.
    3. Perubahan ini menunjukkan keterbatasan manusia yang dibatasi oleh dimensi waktu.
    4. Juga berarti hal yang dia tahu sebenarnya sudah ada sebelumnya dan bukan di bawah kontrol manusia itu.
    5. Berarti sebenarnya pernyataan manusia bahwa dia tahu, menunjukkan dia tidak tahu sebelumnya dan hal yang dia tidak tahu itu dikarenakan bukan berada dalam kontrol manusia itu.
    4. Maka pengetahuan yang diketahui manusia berarti menunjukkan adanya eksistensi lain di luar diri manusia yang tidak dikontrol manusia.

    Contohnya sbb:
    Katakan pada tanggal 1 Jan 2020, Anda tahu bahwa ada Virus Corona di Wuhan. Berarti sebelum 1 Jan, Anda tidak tahu tentang Virus Corona itu. Ini menunjukkan ada perubahan kondisi dalam diri Anda dari tidak tahu menjadi tahu. Juga menunjukkan bahwa Virus Corona yang berkembang di Wuhan (sebagai pengetahuan baru Anda) adalah hal yang di luar kontrol Anda. Dan eksistensi Virus Corona sudah ada sebelum Anda tahu tentangnya.

    Sekarang mari kita bandingkan, apakah kemahatahuan atau pengetahuan Allah juga berada dalam konsep yang sama dengan manusia seperti yang dipaparkan di atas.
    1. Apakah ketika Allah mengatakan Dia tahu (atau mahatahu) berarti ada perubahan dalam diri Allah dari tidak tahu menjadi tahu? Jelas bukan itu maknanya.
    2. Perubahan menunjukkan adanya keterbatasan dalam waktu. Apakah Allah dibatasi oleh dimensi waktu? Bila dibatasi oleh dimensi waktu maka ada perubahan dalam dari Allah, dan Dia bukan pencipta waktu, sehingga ada pihak lain yang setara atau melebihi Allah yang menciptakan waktu yang membatasi Allah. Dalam hal ini tentu kita menolak pernyataan (pemikiran) ada pihak lain yang setara atau lebih dari Allah yang berada diluar pengaturan atau kuasaNya.
    3. Tidak ada pengetahuan lain diluar diri Allah atau Firman.
    Yoh 1:1 jelas menyatakan hanya Logos dan Allah dari awal adanya.

    Jadi saya tidak berani mengatakan bahwa ketika Allah menyatakan tahu berarti konsepnya sama dengan manusia tahu. Karena jelas Allah adalah awal segalanya dan mengontrol segalanya, dan tidak ada eksistensi lain di luar diri Allah.
    Di dalam keterbatasan pengetahuan manusia, saya tetap memegang bahwa "pengetahuan" Allah sebenarnya adalah rencana ketetapan Allah, yang melampaui akal manusia, tapi tidak bertentangan dengan kasihNya.

    Tuhan Yesus memberkati.

    BalasHapus